Translate

Sabtu, 10 Februari 2018

HAKIKAT MATEMATIKA, PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN MATHEMATICAL HIGH ORDER THINKING SKILLS (HOTS)


HAKIKAT MATEMATIKA, PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN MATHEMATICAL HIGH ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Model Pembelajaran Matematika pada semester genap tahun akademik 2015/2016
dengan dosen pembimbing Maulana, M.Pd.



Disusun oleh :
Kelompok 1
Semester 6 Kelas 3D
1.      Trisna Nugraha            (No. Absen/NIM : 47 / 1307502)
2.      Annisa Listiorini         (No. Absen/NIM : 13 / 1306136)
3.      Tera Lawina Darajat   (No. Absen/NIM : 31 / 1306522)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T., karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga dapat tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w., para sahabatnya, keluarganya, tabiuttabiinnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin ya rabbal alamin. Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Model Pembelajaran Matematika. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran mengenai informasi tentang “Hakikat Matematika dan Pembelajaran Matematika”.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, karena ada pepatah mengatakan “Tak Ada Gading yang Tak Retak” yang berarti tak ada sesuatu pun yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah S.W.T., untuk itu penulis meminta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini dan berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya. Penulis berharap gunakanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya semoga bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dijadikan sebagai suatu ibadah di sisi Allah S.W.T. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.


                                                                                    Sumedang, 3 Februari 2016


   Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3  Tujuan Pembahasan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Hakikat Matematika......................................................................... 3
2.2  Pembelajaran Matematika................................................................ 7
2.3  Mathematical High Order Thinking Skills (HOTS).......................... 10
BAB III PENUTUP
3.1  Simpulan........................................................................................... 14
3.2  Saran................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16











BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Matematika merupakan suatu ilmu pasti yang selama ini telah menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan. Matematika banyak mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai berbagai peranan penting lainnya diantaranya yaitu memajukan pola atau daya pikir manusia. Semua kemajuan zaman, perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia tentunya selalu tidak terlepas dari matematika. Dari pemahaman tersebut sangat ironis sekali jika sebagian orang mempunyai pikiran bahwa matematika itu membosankan dan ditakuti layaknya hantu. Banyak orang yang mengikrarkan diri untuk berpisah dengan matematika karena ia menganggap matematika adalah ilmu yang membuat kepala pusing. Hal tersebut dikarenakan manusia mempelajari suatu ilmu tetapi tidak mengetahui hakikatnya.
Melihat hal tersebut matematika perlu sekali diajarkan sejak dini dan dengan cara yang menyenangkan. Sekolah dasar sebagai pendidikan dasar pertama bagi anak perlu memberikan pembelajaran matematika yang membekali berbagai kemampuan kepada peserta didik, diantaranya yaitu kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan bekerjasama. Kompetensi atau beberapa kemampuan tersebut diharapkan dapat berguna dikemudian hari sebagai bekal peserta didik dalam menghadapi kehidupan yang fleksibel atau selalu berubah.
Guru sebagai pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar tentu harus mengetahui hakikat matematika. Selain itu guru juga harus memahami betul tentang hakikat peserta didik juga pembelajaran matematika di SD. Strategi pengajaran matematika yang benar dan mutakhir dapat dilakukan jika mengetahui hakikat matematika dan pembelajaran matematika. Oleh karena itu penerapan strategi dan metode pengajaran yang bervariasi akan banyak diketahui jika mengetahui hakikat dari matematika itu sendiri. Hal itu dimaksudkan juga agar pendidik mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam pembelajaran matematika.

1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut ini.
1.2.1        Bagaimana hakikat dari matematika?
1.2.2        Bagaimana pembelajaran matematika di sekolah dasar?
1.2.3        Apa yang dimaksud dengan mathematical high order thinking skills (HOTS)?

1.3     Tujuan Pembahasan
Adapun beberapa tujuan yang dapat diketahui di dalam  penulisan makalah ini di antaranya sebagai berikut.
1.3.1        Untuk mengetahui serta memahami hakikat matematika.
1.3.2        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai pembelajaran matematika di sekolah dasar.
1.3.3        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai mathematical high order thinking skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi matematis.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Hakikat Matematika
Suwangsih dan Tiurlina (2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa hakikat matematika artinya menguraikan apa sebenarnya matematika itu baik ditinjau dari arti kata matematika, karakteristik matematika sebagai suatu ilmu, maupun peran dan kedudukan matematika diantara cabang ilmu pengetahuan serta manfaatnya. Mengacu kepada perspektif tersebut sebenarnya banyak sekali pendefinisian tentang matematika. Karena matematika termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas, hal tersebut mengakibatkan beragamnya sudut pandang terhadap definisi matematika. Namun untuk dapat memahami hakikat matematika kita dapat memperhatikan pengertian istilah matematika dari beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli diantaranya yaitu Ruseffendi (dalam Suwangsih & Tiurlina, 2010, hlm. 4) yang menjelaskan bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, beberapa definisi, aksioma dan dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itu matematika sering disebut ilmu deduktif.
Definisi lain dikemukakan oleh Beth dan Piaget (dalam Runtukahu & Kandou, 2014, hlm 28) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antarstruktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Sehubungan dengan matematika yang berhubungan dengan budaya, Barton (dalam Runtukahu & Kandou, 2014, hlm 28) mendefinisikan matematika dalam tiga tingkatan definisi yakni matematika praktik, matematika teknik dan matematika menurut pandangan dunia.
Secara bahasa sebenarnya matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu matematike yang berarti mempelajari atau berpikir. Dengan demikian matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau bernalar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Dikarenakan banyaknya pengertian matematika, Hersh (dalam Runtukahu & Kandou, 2014, hlm 29) menganjurkan bahwa dalam mendefinisikan matematika perlu memperhatikan tiga hal berikut.
2.1.1        Objek-objek matematika adalah penemuan dan ciptaan manusia.
2.1.2        Matematika diciptakan dari kegiatan dengan objek matematika, kebutuhan ilmu pengetahuan dan dari kehidupan sehari-hari.
2.1.3        Sekali diciptakan objek matematika memiliki sifat-sifat yang mungkin sulit ditemukan, tetapi dengan sifat-sifat itu anak mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
Fathani (2012) mengungkapkan bahwa definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai struktur yang terorganisasi, sebagai alat (tool), sebagai pola pikir deduktif, sebagai cara bernalar, sebagai bahasa artifisial, dan sebagai seni yang kreatif. Jika diuraikan matematika sebagai struktur terorganisasi maksudnya yaitu matematika adalah suatu ilmu yang terstruktur dan terorganisasi secara hierarkis, logis dan sistematis yang terdiri dari beberapa komponen seperti unsur yang tidak dapat didefinisikan, unsur yang dapat didefinisikan, aksioma/postulat, dan teorema/dalil. Hal tersebut selaras dengan Ruseffendi (1992, hlm. 37) yang mengungkapkan matematika sebagai suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu.
Matematika sebagai alat maksudnya bahwa matematika merupakan alat yang sering digunakan untuk mencari solusi yang tepat dalam pemecahan masalah kehidupan. Hampir serupa dengan itu, Suwangsih dan Tiurlina (2010, hlm. 9) menjelaskan matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu artinya matematika sebagai alat dan pelayan ilmu yang lain. Matematika sebagai pola pikir deduktif yaitu matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang muatannya memiliki pola pikir deduktif yakni untuk mencari kebenarannya harus dibuktikan secara deduktif atau dari umum ke khusus. Selain itu matematika juga dapat didefinisikan sebagai suatu kajian ilmu yang membahas fakta dan hubungannya juga masalah ruang dan waktu yang dapat mendasari definisi bahwa matematika sebagai alat. Matematika dapat digunakan sebagai alat untuk menolong manusia dalam menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan.
Matematika sebagai cara bernalar karena dalam matematika memuat beberapa cara pembuktian yang valid, bersifat sistematis dan mempunyai suatu pola yang bersifat umum. Hal yang hampir serupa dinyatakan Ruseffendi (1992) bahwa matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan karena dalam matematika generalisasinya dapat dibuat dengan mencari keseragaman yang memerhatikan keteraturan, keterurutan dan keterkaitan. Kegiatan mencari pola dan hubungan memang dapat dikatakan sebagai pengambilan keputusan secara induktif sehingga kebenaran yang diambil dari cara tersebut bukanlah kebenaran mutlak hanya sebatas penalaran atau mencari kemungkinan.
Pengambilan kesimpulan dari hasil mecari pola dan hubungan tersebut merupakan salah satu tujuan utama dalam pengajaran matematika untuk guru dan peserta didik. Dalam praktiknya pengambilan kesimpulan secara induktif dapat diuji cobakan kembali melalui pengambilan keputusan deduktif sehingga kebenarannya dapat diterima dengan benar. Lebih jelasnya Suwangsih dan Tiurlina (2010) memisahkan pengertian matematika sebagai ilmu tentang pola dan matematika sebagai ilmu tentang hubungan. Matematika sebagai ilmu tentang pola yakni dalam kajian ilmu matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep tertentu atau model yang merupakan representasi dalam pembuatan generalisasi. Sedangkan matematika sebagai ilmu tentang hubungan maksudnya bahwa konsep dalam matematika dan juga cabang ilmu matematika saling mempunyai hubungan satu sama lain.
Matematika sebagai bahasa artifisial yakni matematika menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks. Sehingga simbol atau lambang menjadi ciri khas dalam kajian ilmu matematika. Simbol atau lambang pada matematika memiliki arti yang sangat padat dan bersifat internasional atau universal itu merupakan maksud dari artifisial. Padat arti disini menjelaskan bahwa simbol atau lambang yang ada pada matematika dituliskan dengan singkat namun jika ditafsirkan mempunyai arti yang luas. Prihandoko (2006, hlm. 13) mengungkapkan bahwa pemakaian simbol dan variabel dalam pekerjaan matematika harus dilakukan dengan tertib dan jelas sebab jika tidak akan menimbulkan salah tafsir dan kurang komunikatif. Simbol dan variabel matematika digunakan pula untuk mempersingkat kalimat atau model matematika.
Matematika sebagai seni yang kreatif yakni matematika memperlihatkan adanya unsur keteraturan, keterurutan dan ketetapan atau konsistensi dengan demikian matematika mengandung unsur keindahan yang bermakna layaknya seni yang dapat dinikmati dan diresapi. Penalaran logis dan efisien serta perbendaharaan ide juga pola yang kreatif dan menakjubkan merupakan salah satu alasan mengapa matematika disebut sebagai seni berfikir kreatif.
Hakikat matematika dapat disimpulkan berkaitan dengan struktur, hubungan dan konsep dalam matematika yang dikembangkan sesuai dengan aturan yang logis. Dengan memahami hakikat matematika maka guru sebagai pemegang peranan utama dalam pembelajaran akan memiliki pengetahuan, tujuan serta strategi yang diterapkan untuk melakukan pembelajaran matematika sesuai dengan kondisi yang ada. Hakikat matematika memang bersifat abstrak namun dalam praktiknya guru dapat menerapkan hal tersebut kepada peserta didik secara tersirat mengingat peserta didik masih berpikir dalam tahap operasional kongkrit. Dalam praktiknya guru bisa menggunakan alat bantu berupa media atau lain sebagainya sehingga siswa dapat mengetahui hakikat pentingnya belajar matematika.
Dari hakikat matematika dapat diketahui bahwa matematika banyak sekali kegunaannya. Salah satu kegunaan matematika yaitu sebagai pelayan ilmu yang lain karena banyak sekali ilmu pengetahuan yang dalam pengembangannya bergantung kepada matematika. Selain itu matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu dalam pemecahan masalah dunia nyata, masalah sosial seperti transaksi jual beli, luas suatu daerah, jarak yang ditempuh, laju kecepatan kendaraan, bidang pertanian, bidang perindustrian dan permasalahn lainnya.

2.2     Pembelajaran Matematika
Darmawan dan Permasih (2013, hlm. 124) menyatakan bahwa “belajar adalah aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, …”. Perubahan yang dimaksud hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah belajar, mengajar atau pengajaran dimana pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Purnomo (2015, hlm. 4) menyatakan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha sadar yang melibatkan proses interaktif antara guru dan siswa untuk memahami, merespons dan bergerak mencapai tujuan belajar. Dengan demikian pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar yang dilakukan dengan tujuan siswa memahami konteks matematika yang diajarkan.
Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah (Depdiknas, 2003). Adapun secara lengkap tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar berdasarkan kurikulum ktsp oleh BSNP (2006, hlm. 30) sebagai berikut ini.
2.2.1        Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep satu algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.2.2        Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
2.2.3        Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
2.2.4        Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
2.2.5        Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki tiga aspek yaitu pembelajaran bilangan, geometri dan pengukuran juga pengolahan data. Maulana (2011, hlm. 53) mengungkapkan bahwa kemampuan matematik yang ditergetkan dalam kurikulum matematika yaitu pemahaman matematik, pemecahan masalah matematik, penalaran matematik, koneksi matematik dan komunikasi matematik.
Pembelajaran matematika memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan pembelajaran matapelajaran lainnya diantaranya bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode spiral yakni pendekatan yang digunakan dalam matematika dengan cara pembelajaran konsep atau topik matematika yang selalu dikaitkan dengan topik lainnya secara berkesinambungan layaknya spiral. Selain itu pembelajaran matematika juga dilakukan secara bertahap dimana dimulai dari suatu konsep sederhana dan konkrit menuju ke konsep yang lebih rumit atau sulit dan abstrak. Ciri berikutnya bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode induktif yang disesuaikan dengan tahap perkembangan mental peserta didik sehingga untuk kemudian diharapkan anak dapat menemukan pola sesuai dengan hakikat matematika.
Ciri pembelajaran matematika selanjutnya yaitu pembelajarannya menganut kebenaran konsistensi yaitu bahwa pembelajaran matematika tidak memperdebatkan lagi kebenaran yang telah ditemukan sebelumnya dalam artian bahwa peserta didik untuk kemudian harus mampu berpikir secara deduktif. Pembelajaran matematika juga diharapkan dapat memenuhi unsur kebermaknaan yaitu siswa dapat merasakan pengalaman secara langsung atau pembelajarannya diarahkan kepada pemahaman bukan sekedar ingatan atau hafalan belaka.
Dalam implementasi pembelajaran matematika guru harus memperhatikan beberapa hal seperti mengkondisikan siswa untuk melakukan penemuan seperti menemukan konsep, rumus dan lain sebagainya. Guru juga harus fokus kepada pemecahan masalah yang dapat menarik perhatian peserta didik untuk belajar memecahkan masalah selaras dengan pemenuhan tujan keterampilan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika. Mengenalkan masalah sesuai dengan situasi sehari-hari diperlukan dalam pembelajaran matematika. Guru juga harus menguasai keterampilan atau pengetahuan prasyarat.
Shulman (dalam Purnomo, 2015, hlm. 5) mengkategorikan pengetahuan yang harus dimiliki guru setidaknya meliputi pengetahuan konten materi (subject matter content knowledge;SMK), pengetahuan konten pedagogis (pedagogical content knowledge;PCK) dan pengetahuan kurikulum. Pengetahuan konten materi yaitu pengetahuan mengenai muatan isi baik fakta maupun konsep materi matematika yang diajarkan. Sedangkan pengetahuan konten pedagogis yang dalam perkembangannya dipadukan dengan pengetahuan konten kurikulum yaitu suatu pengetahuan dan keterampilan baik konseptual maupun prosedural tentang cara mengajar yang akan mengantarkan siswa kedalam topik pembelajaran dan pengelolaan kelas dalam praktik pengajaran.
Beberapa prinsip dalam melaksanakan pembelajaran metematika di sekolah dasar diantaranya yaitu guru harus menyusun silabus berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. Pembelajaran matematika diintegrasikan dengan materi pembelajaran lainnya. Pembelajaran matematika ditujukan untuk tercapainya standar kompetensi/kompetensi inti dan kompetensi dasar pembelajaran dimana pembelajaran harus dilakukan secara berkesinambungan. Guru juga harus memperhatikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran. Melakukan evaluasi yang relevan dan disesuaikan dengan proses dalam pembelajaran. Diharapkan mampu menggunakan media yang beragam secara kreatif, efektif dan efisien.

2.3     Mathematical High Order Thinking Skills (HOTS)
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, sistematis, analitis, kritis dan kreatif serta menggunakan keterampilan berpikirnya. Beberapa ahli mengkategorikan keterampilan berpikir menjadi beberapa jenjang yaitu berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skill (LOTS) dan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS).  
LOTS yaitu suatu keterampilan berpikir yang hanya menuntut seseorang untuk mengingat, memahami dan mengaplikasikan sesuatu rumus atau hukum. Sedangkan HOTS menurut Thomas & Thorne (dalam Al’Azzy & Budiono, 2013, hlm 1) menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi menempatkan aktivitas berpikir pada jenjang yang lebih tinggi dari sekedar menyatakan fakta. HOTS  disebut pula sebagai gabungan dari berpikir kritis, berpikir kreatif dan berpikir pengetahuan dasar. Lebih jelasnya Winarso (2014) mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan menghubungkannya dan atau menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan ataupun menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan. Oleh karena itu HOTS  lebih dari sekedar keterampilan untuk mengingat, memahami dan mengaplikasikan rumus saja.
Adapun beberapa aspek asosiasi dari HOTS diantaranya meliputi tidak ada seorang pun yang dapat berpikir sempurna atau tidak dapat berpikir sepanjang waktu, mengingat sesuatu tidak sama dengan berpikir tentang sesuatu itu, mengingat sesuatu dapat dilakukan tanpa memahaminya, berpikir dapat diwujudkan dalam kata dan gambar. Selain itu aspek lainnya terdapat tiga tipe intelegensi dan berpikir yaitu analitis, kreatif dan praktis. Ketiga intelegensi dan cara berpikir tersebut berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan berpikir juga dapat ditingkatkan dengan memahami proses yang terlibat dalam berpikir serta metakognisi (berpikir tentang berpikir) merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan guru dalam HOTS yaitu mengembangkan keterampilan berpikir siswa dan memfasilitasi siswa untuk menjadi seorang pemikir dan pemecah masalah yang baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah yang melibatkan siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Jika mengacu kepada teori Bloom maka pembelajaran ditujukan untuk memenuhi aspek C3 sampai C6 atau analisis, sintesis dan evaluasi/berkreasi.
Dalam implementasi pembelajaran matematika jika peserta didik menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi maka pembelajaran tersebut akan menjadi pembelajaran yang bermakna. Hal tersebut dikarenakan bahwa peserta didik tidak hanya mengingat dan menghafal rumus yang banyak ditemui pada pelajaran matematika, tetapi peserta didik juga dituntut untuk mampu memecahkan masalah dengan menggunakan rumus tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut akan berdampak kepada peserta didik, dimana mereka akan lebih paham kegunaan dari rumus yang dipelajari terhadap aplikasinya dalam kehidupan, hal tersebut menjadi indikator bahwa pembelajaran dikatakan bermakna. Dengan begitu peserta didik tidak akan mudah lupa terhadap rumus dan konsep matematika yang diajarkan.
Berfikir tingkat tinggi menurut Krulik dan Rudnick (dalam Trisniawati, 2013) mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan berpikir kritis dan kreatif, diperlukan kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kreatif. Dari perpektif tersebut maka guru harus mampu memberikan pernyataan dalam pembelajaran matematika dimana pertanyaan tersebut ditujukan dalam beberapa aspek. Aspek yang dapat ditanyakan berupa pertanyaan mengenai adakah cara lain (what’s another way?), bagaimana jika (what if …?), manakah yang salah (what’s wrong?) dan apa yang akan dilakukan (what would you do?).
Dalam pertanyaan adakah cara lain maksudnya guru memberikan masalah kepada siswa agar siswa mampu mencari cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pertanyaan ini didesain dengan kondisi soal yang tetap dan berfokus kepada penyelesaian masalah. Contoh dari soal tersebut yaitu pada sebuah kandang terdapat 30 ekor sapi dan ayam. Jika pada kandang tersebut berjumlah 76 kaki, maka berapakah jumlah kambing dan jumlah ayam pada kandang tersebut yang untuk kemudian ajukan pertanyaan cara lain untuk mendapatkan jawaban yang sama.
Untuk pertanyaan bagaimana jika didesain dengan kondisi soal yang berubah dari pernyataan yang telah dibuat. Pertanyaan ini dimaksudkan agar siswa menganalisis kemungkinan yang terjadi jika kondisi berubah. Contohnya yaitu Amir mengambil empat kartu bilangan bernilai 22, 24, 27 dan 31. Berapakah jumlah nilai dari kartu yang diambil Amir? Bagaimana jika Amir mengambil 3 kartu dengan total nilai 77? Kartu mana saja yang diambil oleh Amir?
Aspek pertanyaan manakah yang salah dimaksudkan agar siswa dapat menganalisis serta engevaluasi hal mana yang salah dan harus diperbaiki dalam suatu permasalahan. Contoh soalnya yaitu Andi membeli 3 buku tulis yang masing-masing harganya Rp. 7.500,-, selain itu ia juga membeli 5 pensil yang harga masing-masing pensil Rp. 1.500,- dan 2 penghapus yang harga masing-masing penghapus yaitu Rp. 800,-. Toko tersebut memberikan tanda pembayaran sebagai berikut:
Barang
Satuan
Jumlah
3 buku tulis
Rp. 7.500
Rp. 22.500
5 pensil
Rp. 1.500
Rp.   8.500
2 penghapus
Rp.    800
Rp.   1.600
Total Pembayaran: Rp. 32.600
Setelah melihat tanda pembayaran tersebut Andi mengatakan bahwa total yang harus Andi bayar salah. Manakah yang salah dari pembayaran tersebut?
Pertanyaan apakah yang akan dilakukan  diajukan untuk merangsang kemampuan berpikir kritis siswa dimana pertanyaan dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pengambilan keputusan yang sesuai dan disertai alasan yang mendasari pengambilan keputusan tersebut. Pertanyaan biasanya diajukan dalam bentuk tertulis yang dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih leluasa menjawab dan melatih keterampilan mengkomunikasikan pembelajaran matematis. Pada hakikatnya semua soal dapat digunakan untuk melatih kemampuan HOTS yang dibutuhkan adalah keinginan dan komitmen pendidik untuk membantu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.









BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Secara bahasa matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu matematike yang berarti mempelajari atau berpikir. Dengan demikian matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau bernalar. Matematika dapat dideskripsikan sebagai struktur yang terorganisasi, sebagai alat (tool), sebagai pola pikir deduktif, sebagai cara bernalar, sebagai bahasa artifisial, dan sebagai seni yang kreatif. Matematika adalah suatu ilmu yang terstruktur dan terorganisasi secara hierarkis, logis dan sistematis yang terdiri dari beberapa komponen. Matematika sebagai alat maksudnya bahwa matematika merupakan alat yang sering digunakan untuk mencari solusi yang tepat dalam pemecahan masalah kehidupan. Matematika sebagai pola pikir deduktif yaitu suatu ilmu pengetahuan yang muatannya memiliki pola pikir deduktif yakni untuk mencari kebenarannya harus dibuktikan secara deduktif atau dari umum ke khusus.
Matematika sebagai cara bernalar karena dalam matematika memuat beberapa cara pembuktian yang valid, bersifat sistematis dan mempunyai suatu pola yang bersifat umum. Matematika sebagai bahasa artifisial yakni matematika menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks. Matematika sebagai seni yang kreatif yakni matematika memperlihatkan adanya unsur keteraturan, keterurutan dan ketetapan atau konsistensi dengan demikian matematika mengandung unsur keindahan yang bermakna. Matematika banyak sekali kegunaannya diantaranya sebagai pelayan ilmu yang lain dan digunakan manusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar yang dilakukan dengan tujuan siswa memahami konteks matematika yang diajarkan. Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki tiga aspek yaitu pembelajaran bilangan, geometri dan pengukuran juga pengolahan data. Ciri pembelajaran matematika diantaranya yaitu menggunakan metode spiral, diajarkan secara bertahap, menggunakan metode induktif, menganut kebenaran konsistensi, pembelajarannya bermakna.
Berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills) menempatkan aktivitas berpikir pada jenjang yang lebih tinggi dari sekedar menyatakan fakta. HOTS  disebut pula sebagai gabungan dari berpikir kritis, berpikir kreatif dan berpikir pengetahuan dasar. Menurut teori Bloom pembelajaran HOTS ditujukan untuk memenuhi aspek C3 sampai C6 atau analisis, sintesis dan evaluasi/berkreasi. Untuk mengembangkan berpikir kritis dan kreatif, diperlukan kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kreatif.

3.2  Saran
Hakikat matematika perlu dipahami oleh pendidik supaya memiliki pengetahuan, tujuan serta strategi yang diterapkan untuk melakukan pembelajaran matematika sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam praktiknya guru bisa menggunakan alat bantu berupa media atau lain sebagainya sehingga siswa dapat mengetahui hakikat pentingnya belajar matematika. Peranan guru dalam HOTS yaitu mengembangkan keterampilan berpikir siswa dan memfasilitasi siswa untuk menjadi seorang pemikir dan pemecah masalah yang baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah yang melibatkan siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mewujudkan pembelajaran matematika yang bermakna serta dilakukan secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Azzy, U.L. & Budiono, E. (2013). Penerapan strategi brain based learning yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Universitas Negeri Malang.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: BP Dharma Bhakti.

Darmawan, D. & Permasih. (2013). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 standar kompetensi mata pelajaran matematika sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Fathani, A.H. (2012). Matematika:hakikat dan logika. Cetakan Kedua. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Maulana. (2011). Dasar-dasar keilmuan dan pembelajaran matematika (sequel 1). Subang: Royan Press.

Prihandoko, A.C. (2006). Pemahaman dan penyajian konsep matematika secara benar dan menarik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Purnomo, Y.W. (2015). Pembelajaran matematika untuk PGSD: Bagaimana guru mengembangkan penalaran proposional siswa. Jakarta: Erlangga.

Runtukahu, J.T. & Kandou, S. (2014). Pembelajaran matematika dasar bagi anak berkesulitan belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ruseffendi, E.T. dkk. (1992). Pendidikan matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suwangsih, E. & Tiurlina. (2010). Model pembelajaran matematika. Edisi Kesatu. Bandung: UPI Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka.

Trisniawati. (2013). Penggunaan HOTS (High Order Thinking Skills) dalam pembelajaran matematematika. [Online]. Diakses dari: http://trisniawati87.blogspot.co.id/2013/05/penggunaan-hots-higher-order-thinking.html.

Winarso, W. (2014). Membangun kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi melalui pendekatan induktif, deduktif dan induktif-deduktif dalam pembelajaran matematika.  Edukasi Matematika. 3 (2), hlm. 95-118.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GOALS KOGNITIF (PEMAHAMAN, PENALARAN, KOMUNIKASI, KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS)

GOALS KOGNITIF (PEMAHAMAN, PENALARAN, KOMUNIKASI, KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS) MAKALAH Diajukan untuk m emenuhi s ...