Translate

Sabtu, 10 Februari 2018

REPRESENTASI MATEMATIS DAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS


 REPRESENTASI MATEMATIS DAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Model Pembelajaran Matematika pada semester genap tahun akademik 2015/2016
dengan dosen pembimbing Maulana, M.Pd.




Disusun oleh :
Kelompok 1
Semester 6 Kelas 3D
1.      Trisna Nugraha            (No. Absen/NIM : 47 / 1307502)
2.      Annisa Listiorini         (No. Absen/NIM : 13 / 1306136)
3.      Tera Lawina Darajat   (No. Absen/NIM : 31 / 1306522)
4.      Maharani Larasati P.   (No. Absen/NIM : 46 / 1307346)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Representasi Matematis dan Berpikir Logis Matematis” tepat pada waktunya. Rasa hormat dan ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Maulana, M.Pd., selaku dosen pengampu matakuliah Model Pembelajaran Matematika atas ilmu, bimbingan, motivasi, dan saran yang diberikan selama perkuliahan. Makalah ini akan membahas mengenai kemampuan representasi matematis dan berpikir logis matematis sebagai goals atau perilaku yang harus diperoleh peserta didik dalam pembelajaran matematika.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan do’a serta dukungan baik secara moril maupun materiil, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
2.      Bapak Maulana, M.Pd. selaku dosen pengampu matakuliah Model Pembelajaran Matematika.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi, tata bahasa, penulisan kalimat, maupun kajian teori. Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

                                                                                    Sumedang, 28 April 2016



         Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................   i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah...................................................................  1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................  2
1.3  Tujuan Pembahasan..........................................................................  3
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Definisi Representasi Matematis......................................................   4
2.2  Landasan dan Alasan Kemampuan Representasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika   6
2.3  Jenis-jenis Representasi Matematis..................................................   7
2.4  Indikator Kemapuan Representasi Matematis.................................  9
2.5  Contoh Soal Pengembangan Kemampuan Representasi Matematis 10
2.6  Pengertian Kemampuan Berpikir Logis Matematis.......................... 11
2.7  Komponen Kemampuan Berpikir Logis Matematis......................... 13
2.8  Indikator Kemampuan Berpikir Logis Matematis............................ 13
2.9  Contoh Soal Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis Matematis   14
BAB III PENUTUP
3.1  Simpulan........................................................................................... 16
3.2  Saran................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18






BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Masalah
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi terhadap situasi dan lingkungan yang berada di sekitar individu. Belajar sendiri dilakukan agar terjadi perubahan perilaku sebagai tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Perubahan yang dimaksud hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Konsep belajar, mengajar dan pengajaran melahirkan suatu konsep yakni pembelajaran yang merupakan salah satu upaya interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran matematika dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara sadar dan dilakukan dengan tujuan peserta didik dapat memahami konteks metamatika yang diajarkan.
Setiap kegiatan pembelajaran mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang dimulai dari tujuan yang sangat operasional dan konkret meliputi tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan tujuan kurikuler dan tujuan nasional sampai pada tujuan yang bersifat universal. Sasaran tersebut harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan seperti representasi matematis dan berpikir logis matematis.
Peserta didik dibentuk agar memiliki kompetensi yang diharapkan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Adapun tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah (Depdiknas, 2003). Sedangkan menurut NCTM (2000) tujuan pmbelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan kemampuan komunikasi matematis, penalaran matematis, pemecahan masalah matematis, koneksi matematis dan representasi matematis. Agar tujuan itu dapat tercapai maka semua komponen pembelajaran harus diorganisasikan dengan baik sehingga saling bekerjasama.
Guru harus mampu menciptakan pembelajaran matematika yang efektif dan efisien serta tidak memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terisolasi melainkan sebagai hubungan antar konsep, ide matematika dan aplikasinya. Dalam menyikapi beberapa hal tersebut, selain diperlukan inovasi dan variasi pembelajaran dari guru juga memerlukan pengetahuan serta pemahaman mengenai kompetensi yang ditargetkan dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran matematika dapat dilakukan secara sistematis dan terarah sesuai tujuan. Hal tersebut dikarenakan kompetensi dasar matematika yang diklasifikasikan dalam beberapa aspek atau proses matematis sebagai tujuan dari pembelajaran diketahui oleh guru dan dapat dicapai secara optimal, sehingga peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi yang memang seharusnya dimiliki oleh setiap peserta didik setelah mengikuti pembelajaran matematika termasuk kemampuan berpikir logis matematis dan representasi matematis.

1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut ini.
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan representasi matematis dalam pembelajaran matematika?
1.2.2        Apa yang menjadi landasan dan alasan kemampuan representasi matematis dalam pembelajaran matematika?
1.2.3        Apa saja jenis-jenis representasi matematis dalam pembelajaran matematika?
1.2.4        Apa yang menjadi indikator kemampuan representasi matematis dalam pembelajaran matematika?
1.2.5        Bagaimana contoh soal dalam pengembangan kemampuan representasi matematis dalam pembelajaran matematika?
1.2.6        Apa yang dimaksud dengan berpikir logis matematis?
1.2.7        Apa saja yang termasuk ke dalam komponen kemampuan berpikir logis matematis?
1.2.8        Apa saja yang menjadi indikator dari kemampuan berpikir logis matematis?
1.2.9        Bagaimana contoh soal untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis?

1.3     Tujuan Pembahasan
Adapun beberapa tujuan yang dapat diketahui di dalam  penulisan makalah ini di antaranya sebagai berikut.
1.3.1        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai definisi konsep representasi matematis dalam pembelajaran matematika.
1.3.2        Untuk memberikan gambaran mengenai landasan dan alasan representasi matematis dalam pembelajaran matematika.
1.3.3        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai jenis-jenis representasi matematis dalam pembelajaran matematika.
1.3.4        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai indikator kemampuan representasi matematis.
1.3.5        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai contoh soal pengembangan kemampuan representasi matematis.
1.3.6        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai definisi konsep berpikir logis matematis dalam pembelajaran matematika.
1.3.7        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai komponen berpikir logis matematis?
1.3.8        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai indikator dari kemampuan berpikir logis matematis?
1.3.9        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai contoh soal untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis?





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Representasi Matematis
Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu tujuan umum dari pembelajaran matematika di sekolah dasar. Kemampuan ini sangatlah penting bagi peserta didik dan sangat erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematik. Menurut Sabirin (2014, hlm. 33) representasi adalah bentuk interpretasi pemikiran siswa terhadap suatu masalah, yang digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Dari hal tersebut terdapat beberapa bentuk interpretasi peserta didik yakni dapat berupa kata-kata verbal, tulisan, gambar, tabel, grafik, benda konkrit dan simbol matematika dan lain-lain. Dengan demikian beberapa bentuk representasi tersebut dapat mempermudah proses pemecahan masalah matematis dan juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi matematis.
Representasi matematis telah banyak dibahas dalam beberapa jurnal pendidikan matematika ataupun penelitian lainnya. Adapun beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli berkenaan dengan representasi matematis diantaranya yaitu sebagai berikut.
2.1.1.      Goldin (dalam Yudhanegara dan Lestari, 2014, hlm. 77) mengemukakan bahwa representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menyajikan suatu benda dengan suatu cara. Representasi matematis disini mempunyai peranan dan menjadi elemen yang sangat penting dalam teori belajar mengajar matematika, hal tersebut dimaksudkan tidak hanya karena pemakaian sistem simbolis yang juga penting dalam matematika dan kaya akan kalimat dan kata, beragam dan universal tetapi juga karena matematika mempunyai peranan penting dalam mengkonseptualisasi dunia nyata dan matematika membuat homomorphis yang merupakan penurunan dari struktur hal-hal lain yang pokok.
2.1.2.      Representasi matematis menurut NCTM / National Council of Teacher of Mathematics (dalam Yudhanegara dan Lestari, 2014, hlm. 77) yaitu “representing involves translating a problem or an a new form, representing includes the translation of a diagram or physical model into symbol or words, representing is also used in translating or analyzing a verbal problem to make its meaning clear”. Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia maka representasi matematis yaitu proses representasi melibatkan penerjemahan masalah atau ide ke dalam bentuk baru, proses representasi termasuk pengubahan diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata dan proses representasi juga dapat digunakan dalam menterjemahkan atau menganalisis masalah verbal untuk membuat maknanya menjadi lebih jelas.
2.1.3.      Pepe dan Tchoshanov (dalam Nurhayati, 2013) mengemukakan bahwa terdapat empat gagasan yang digunakan dalam memahami konsep representasi, pertama representasi dapat dipandang sebagai abstraksi internal dari ide matematis atau skemata kognitif yang dibangun oleh peserta didik melalui pengelaman. Kedua sebagai reproduksi mental dari kedaan mental dari keadaan mental yang sebelumnya. Ketiga sebagai sajian secara struktural melalui gambar, simbol ataupun lambang. Sedangkan yang keempat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.
2.1.4.      Cai, Lane dan Jacabsin (dalam Trisniawati, 2013) representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematik yang bersangkutan.
2.1.5.      Steffe, dkk. (dalam Trisniawati, 2013) representasi merupakan proses yang dimiliki seseorang yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai model matematika yakni verbal, gambar, benda konkret, tabel, model-model manipulative atau kombinasi dari semuanya.
2.1.6.      Lebih sederhana lagi Kalatil dan Sherin (dalam Kartini, 2009, hlm. 362) mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang dibuat siswa untuk mengeksternalisasikan dan memperlihatkan kerjanya disebut representasi.
Dengan demikian representasi matematis dapat disimpulkan sebagai ungkapan dari suatu ide matematika baik itu masalah, pernyataan, definisi dan lainnya yang ditampilkan atau dicurahkan melalui berbagai macam bentuk yang dipilih oleh peserta didik sebagai bentuk yang mewakili situasi masalah guna menemukan solusi dari masalah tersebut dari hasil interpretasi pemikirannya. Kemampuan representasi matematika ini dapat mendukung peserta didik dalam memahami konsep matematika yang dipelajari lengkap dengan keterkaitannya dengan kehidupan atau materi lainnya. Selain itu representasi matematis juga digunakan sebagai alat dalam komunikasi matematis.

2.2  Landasan dan Alasan Kemampuan Representasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika
Representasi matematis dalam pembelajaran matematika perlu dimiliki oleh peserta didik setelah melakukan pembelajaran matematika sebagai sikap atau keterampilan yang diharapkan melalui pembelajaran matematika. Hal tersebut dikarenakan tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan yakni tidak hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar atau aspek kognitif saja melainkan juga diharapkan dapat meningkatkan beberapa kemampuan. Menurut NCTM (dalam Fadillah, 2008) tujuan pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication), penalaran matematis (mathematical reasoning), pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving), koneksi matematis (mathematical connections) dan representasi matematis (mathematical representation). Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang diharapkan dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika.
Menurut Jones (dalam Sabirin, 2014, hlm. 35) beberapa alasan penting yang mendasari kemampuan representasi matematis sebagai salah satu dari standar proses dalam pembelajaran matematika diantaranya yaitu sebagai berikut.
2.2.1        Kelancaran dalam melakukan translasi diantara berbagai bentuk representasi beebeda, merupakan kemampuan mendasar yang perlu dimiliki siswa untuk membangun konsep dan berpikir matematis.
2.2.2        Cara guru dalam menyajikan ide-ide matematika melalui berbagai representasi akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemahaman siswa dalam mempelajari matematika.
2.2.3        Siswa membutuhkan latihan dalam membangun representasinya sendiri sehingga memiliki kemampuan dan pemahaman konsep yang kuat dan fleksibel yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
Pencantuman representasi matematis sebagai salah satu komponen standar proses dalam Principles and Standards for School Mathematics cukup beralasan dikarenakan bahwa untuk berpikir matematika dan mengkomunikasikan ide tentunya memerlukan berbagai cara dalam mempresentasikannya. Selain itu objek matematika yang bersifat abstrak merupakan salah satu alasan bahwa untuk mempelajarinya memerlukan representasi. Sebagai salah satu standar proses maka NCTM (dalam Sabirin, 2014) menetapkan standar representasi yang diharapkan dapat dikuasai siswa selama pembelajaran di skeolah yaitu sebagai berikut.
2.2.1        Membuat dan menggunakan representasi untuk mengenal, mencatat atau merekam dan mengkomunikasikan ide-ide matematika.
2.2.2        Memilih, menerapkan, dan melakukan translasi antar representasi matematis untuk memecahkan masalah.
2.2.3        Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial dan fenomena matematika.
Dengan demikian diharapkan dalam pembelajaran matematika peserta didik dapat memiliki dan mengembangkan kemampuan representasi matematisnya. Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kemampuan representasi matematis dalam pembelajaran matematika diantaranya yaitu memberikan informasi kepada guru mengenai bagaimana siswa berpikir terhadap suatu konteks atau ide matematika, menginformasikan pola dan kecenderungan pemahaman peserta didik secara keseluruhan, dan dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

2.3  Jenis-jenis Representasi Matematis
Representasi matematis dibagi menjadi beberapa jenis. Hiebert dan Carpenter (dalam Nurhayati, 2013, hlm. 16) mengemukakan bahwa pada dasarnya representasi dapat dinyatakan sebagai representasi internal dan eksternal. Berpikir tentang ide matematis yang kemudian dikomunikasikan memerlukan representasi eksternal yang wujudnya antara lain verbal, gambar, simbol tertulis ataupun benda konkret/objek fisik dan lain sebagainya. Sedangkan berpikir tentang ide matematis yang memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas dasar ide tersebut merupakan representasi internal yakni suatu jenis representasi matematis yang tidak dicurahkan atau diungkapkan hanya berupa suatu pemikiran atau aktivitas mental dalam otak yang ditujukan untuk memecahkan permasalahan sehingga tidak bisa secara langsung diamati. Walaupun demikian representasi internal dapat diduga berdasarkan representasi eksternal dalam berbagai kondisi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara representasi eksternal dan internal ketika dihadapkan pada suatu masalah sebagai suatu penyelesaian.
Schnotz (dalam Kartini, 2009, hlm. 365) membagi representasi eksternal dalam dua kelas yang berbeda yaitu representasi descriptive dan depictive. Representasi descriptive sendiri terdiri dari simbol yang mempunyai struktur sembarang dan dihubungkan dengan isi yang dinyatakan secara sederhana dengan makna dari suatu konvensi yakni teks. Sedangkan representasi depictive meliputi tanda-tanda ikonik yang dihubungkan dengan isi yang dinyatakan melalui fitur structural yang umum secara konkret atau pada tingkat yang lebih abstrak yaitu display visual seperti diagram, gambar dan lain sebagainya.
Adapun pendapat lainnya yang lebih mengerucut dikemukakan oleh Gagatsis dan Elia (dalam Kartini, 2009, hlm. 365) bahwa untuk siswa kelas 1, 2, dan 3 (kelas rendah) sekolah dasar, representasi dapat digolongkan menjadi empat tipe yaitu representasi verbal, gambar informational, gambar decorative, dan garis bilangan. Jika dihubungkan maka representasi verbal termasuk kedalam represensati descriptive sedangkan yang lainnya termasuk kedalam representasi depictive. Namun untuk membedakan antara representasi gambar informational dan gambar decorative yaitu bahwa gambar informational menyajikan informasi penting untuk penyelesaian masalah itu didasarkan pada gambar seperti bagan, diagram dan lain sebagainya. Sedangkan gambar decorative tidak menyediakan setiap informasi pada siswa untuk menemukan solusi masalah tetapi hanya sebagai penunjang.
Shield dan Galbraith (dalam Trisniawati, 2013) menyatakan bahwa siswa dapat mengkomunikasikan penjelasan-penjelasan mereka tentang strategi matematika atau solusi dalam bermacam cara yaitu secara simbolis (numerik dan atau simbol aljabar), secara verbal, dalam diagram, grafik, atau dengan tabel data. Lebih jelasnya lagi Lesh, Post, dan Behr (dalam Kartini, 2013, hlm. 366) membagi representasi yang digunakan dalam pendidikan matematika dalam lima jenis, meliputi representasi objek dunia nyata, representasi konkret, representasi simbol aritmatika, representasi bahasa lisan atau verbal dan representasi gambar atau grafik. Dari kelima hal tersebut maka representasi aritmatika, bahasa lisan atau verbal dan gambar atau grafik merupakan tingkat representasi yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah matematika.
Melihat beberapa jenis atau penggolongan dari representasi matematis tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya representasi dapat digolongkan menjadi tiga bagian yakni representasi visual (gambar, diagram, grafik atau tabel), representasi simbolik (pernyataan atau notasi matematik, numerik atau simbol aljabar) dan representasi verbal (teks tertulis berupa kata-kata). Semua jenis representasi tersebut dapat diimplementasikan secara terpadu dalam satu masalah matematik atau biasa disebut dengan representasi beragam matematik atau multiple representasi.

2.4  Indikator Kemampuan Representasi Matematis
Berdasarkan jenis representasi yang dikemukakan oleh Hiebert dan Carpenter yakni membagi representasi menjadi dua jenis yaitu representasi internal dan eksternal. Maka representasi dalam pembelajaran matematika terutama representasi eksternal dapat diukur ketercapaiannya. Menurut Amri (dalam Nurhayati, 2013, hlm. 16) beberapa bentuk operasional yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam menggambarkan representasi matematis dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
2.4.1        Visual, berupa diagram, grafik, tabel atau gambar.
1)      Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik, atau tabel.
2)      Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah.
3)      Membuat gambar pola-pola geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
2.4.2        Persamaan atau ekspresi matematis.
1)      Membuat persamaan atau model matematik dari representasi lain yang diberikan.
2)      Membuat konjektur dari pola suatu bilangan.
3)      Penyelesaian masalah dengan melibatkan ekspresi matematik.
2.4.3        Kata-kata atau teks tertulis.
1)      Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan.
2)      Menulis interpretasi dari suatu representasi.
3)      Menulis langkah-langkah penyelesaian masalah matematik dengan kata-kata.
4)      Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan.
5)      Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
Dari beberapa indikator yang telah dijelaskan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa representasi matematis sebagai kemampuan untuk mengungkapkan suatu ide matematika yang ditampilkan dalam beberapa bentuk untuk mewakili situasi masalah sebagai cara dari penyelesaian masalah dapat diukur melalui beberapa indikator kemampuan representasi matematis diantaranya yaitu peserta didik dapat memvisualisasikan ide matematika untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian, peserta didik dapat membuat persamaan atau ekspresi matematis, dan dapat menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan menggunakan kata-kata.

2.5  Contoh Soal Pengembangan Kemampuan Representasi Matematis
Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam standar proses pembelajaran matematika. Hal tersebut karena apabila seseorang mampu merepresentasikan suatu permasalahan matematika maka diharapkan orang tersebut juga secara tidak langsung memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis, penalaran, koneksi dan komunikasi matematis yang baik. Dalam implementasinya untuk mengukur suatu kemampuan representasi dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar maka dapat dibuatkan beberapa soal matematika diantaranya seperti beberapa soal berikut ini.
2.5.1.      Badut sirkus memiliki dua hidung plastik berwarna merah dan biru. Dua telinga merah besar dan dua telinga hijau yang besar. Berapa wajah luar yang dapat digambar dengan hidung dan telinga tersebut jika warna telinga harus sama?
2.5.2.      Menurutmu apa yang akan terjadi terhadap luas daerah suatu bidang bangun datar jika panjang sisinya menjadi dua kali panjang semula?
2.5.3.      Di kelas 5A setelah mengadakan ulangan akhir semester dari 15 orang siswa diperoleh nilai sebagai berikut.
5, 7, 7, 8, 9, 6, 7, 5, 7, 8, 9, 9, 10, 10, 9
Sajikanlah data tersebut ke dalam bentuk diagram batang atau lingkaran?
2.5.4.      Ganang, Rizki dan Paman Nurcahyo ingin pergi bersama-sama ke suatu pulau yang tidak jauh dari rumah mereka. Tetapi mereka hanya mempunyai satu perahu kecil yang hanya mampu memuat 80 kg. Ganang dan Rizki masing-masing mempunyai berat 40 kg dan paman Nurcahyo memiliki berat 80 kg. Bagaimana mereka mencapai pulau tersebut jika ingin menggunakan perahu?

2.6  Pengertian Kemampuan Berpikir Logis Matematis
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika. Diantaranya cara penyampaian materi ajar oleh guru yang bersifat teacher-centered, di mana peserta didik hanya mendengarkan dan menerima apa yang guru jelaskan pada saat proses pembelajaran, sehingga peserta didik menjadi pasif. Kegiatan pembelajaran yang demikian, dapat menyebabkan peserta didik menjadi pemikir yang pasif dan tidak memiliki sikap kritis. Agar peserta didik menjadi pemikir yang aktif, maka guru harus memfasilitasi peserta didik dengan membiasakan mereka untuk berpikir logis dalam setiap kegiatan belajarnya.
Menurut Poespoprodjo (Putri, dkk., Tanpa tahun), definisi dari berpikir adalah sebagai berikut.
Berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin, mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari berbagai hal yang berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, serta membahas suatu realitas.

Serupa pula dengan pendapat Surajiyo dan Andriani (Putri, dkk., Tanpa tahun), bahwa “Berpikir (thinking) adalah serangkaian proses mental yang beraneka ragam, seperti mengingat-ingat kembali, berkhayal, menghitung, menghubungkan beberapa pengertian, menciptakan suatu konsep”. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan.
Kata logis sendiri seringkali muncul ketika argumen seseorang tidak relevan dengan kenyataan (tidak masuk akal). Menurut Ibenk (2011), logis dalam matematika erat kaitannya dengan penggunaan aturan logika atau materi ajar tentang logika dan penalaran. Logika berasal dari bahasa Yunani kuno “logos” yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan melalui kata-kata dan dinyatakan melalui bahasa. Di mana dalam berlogika, dibutuhkan kecakapan untuk berpikir secara lurus, teliti, tepat dan teratur, serta aturan-aturan yang harus diperhatikan untuk dapat berpikir sesuai dengan aturan yang telah ditentukan sehingga diperoleh suatu kebenaran.
Berdasarkan dari dua pengertian mengenai berpikir dan logika, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir logis merupakan proses penggunaan penalaran secara konsisten dan teratur untuk mengambil sebuah kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Adapun mengenai permasalahan atau situasi yang melibatkan pemikiran logis, seperti mengharapkan struktur, hubungan antara fakta-fakta, dan menghubungkan penalaran yang “dapat dipahami”. Dengan kata lain, berpikir logis dapat pula diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir untuk memperoleh suatu pengetahuan menurut suatu pola atau logika tertentu. Sejalan dengan pendapat Albrecht (Hidayat, 2014), bahwa berpikir logis atau berpikir runtun merupakan proses mencapai kesimpulan mengggunakan penalaran secara konsisten.

2.7  Komponen Kemampuan Berpikir Logis Matematis
Capie dan Tobin (Hidayat, 2014) mengukur kemampuan berpikir logis berdasarkan teori perkembangan mental dari Piaget melalui Test of Logical Thinking (TOLT) dengan meliputi lima komponen, yaitu ‘Mengontrol variabel (controlling variable), penalaran proporsional (proportional reasoning), penalaran probabilistik (probabilistics reasoning), penalaran korelasional (correlational reasoning), dan penalaran kombinatorik (combinatorial thinking)’. Kelima komponen tersebut dijelaskan oleh Setiawati (2014) sebagai berikut.
2.7.1        Mengontrol variabel (controlling variable), merupakan kemampuan menginterpretasikan informasi sebagai pengendali agar keterkaitan antara variabel bebas dan terikat tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain.
2.7.2        Penalaran proporsional (proportional reasoning), merupakan kemampuan menentukan nilai kuantitas berdasarkan nilai proporsi yang diberikan.
2.7.3        Penalaran probabilistik (probabilistics reasoning), merupakan kemampuan menentukan kemungkinan terjadinya suatu kejadian tertentu.
2.7.4        Penalaran korelasional (correlational reasoning), merupakan kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan hubungan sebab-akibat dari pernyataan-pernyataan yang diberikan.
2.7.5        Penalaran kombinatorik (combinatorial thinking), merupakan kemampuan dalam menetapkan seluruh alternatif yang mungkin dalam suatu peristiwaatau kejadian tertentu.

2.8  Indikator Kemampuan Berpikir Logis Matematis
Kemampuan berpikir logis pada dasarnya tidak pernah lepas dari pemikiran mengenai realitas kehidupan. Berdasarkan realitas yang jelas, maka hal tersebut akan mengantarkan seseorang pada proses berpikir yang dapat menghasilkan suatu keputusan yang jelas pula. Untuk itu, Saragih (Sartika, dalam Putri, dkk. 2012) mengemukakan tiga indikator yang digunakan untuk menilai kemampuan berpikir logis, seperti di bawah ini.
2.8.1.      Hubungan antara fakta. Hubungan antara fakta dimaksudkan sebagai permasalahan atau situasi yang melibatkan pemikiran logis dan menghubungkan penalaran yang bisa dipahami oleh orang lain.
2.8.2.      Memberi alasan. Bepikir logis merupakan berpikir secara tepat dalam kerangka maupun materi. Dalam proses berpikir, peserta didik dituntut untuk memberi alasan-alasan secara jelas.
2.8.3.      Kemampuan menyimpulkan. Untuk membuat sebuah karangan argumentasi, peserta didik harus bisa berpikir logis dan menyimpulkan suatu pendapat.
Dari ketiga indikator di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu permasalahan matematika dalam penyelesaiannya perlu menggunakan fakta-fakta dalam kehidupan nyata yang dapat dimengerti dan dipahami dengan jelas. Dengan berpikir logis yang didasari oleh fakta-fakta yang ada tersebut, maka akan mempermudah siswa dalam memberikan alasan terhadap permasalahan matematika. Berdasarkan fakta dan alasan yang dibuat, maka dengan berpikir logis juga peserta diidk dapat menyimpulkan pendapatnya dengan jelas.

2.9  Contoh Soal untuk Mengembangkan Kemampuan Berikir Logis Matematis
Berikut ini merupakan contoh soal yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis.
2.9.1        Dari kain-kain bekas pabrik pakaian. Pak Tito dalam sehari mampu membuat maksimal 8 buah keset dari 2 kg kain bekas tersebut. Pada suatu hari ada dua orang memesan keset masing-masing 18 buah dan 10  buah.
1)      Tentukan berapa hari Pak Tito akan membuat pesanan keset tersebut?
2)      Jika diketahui pada hari itu pak Tito memiliki 2 kg kain bekas, berapakah jumlah (kg) kain bekas tambahan yang dibutuhkan pak Tito?
(Soal Proporsi)
Diketahui:
Maksimal pembuatan keset per hari adalah 8 buah.
Total keset pesanan adalah 28 buah.
Jawab:
1)      Jumlah hari pembuatan keset
=  Jumlah keset pesanan/jumlah maksimal pembuatan keset perhari
= 28/8
= 3,5
Jadi, Pak Tito akan membuat keset pesenan tersebut dalam 3,5 hari.
Jumlah Kain Tambahan berapakah jumlah (kg) kain bekas tambahan yang dibutuhkan pak Tito?
2)      Jumlah kain yg dibutuhkan secara keseluruhan
= jumlah pesanan/jmlh maksimal keset dari 1 kg kain
= 28/4
= 7
Jadi pak Tito minimal membutuhkan 7 kg kain bekas.
Jika diketahui memiliki 2 kg kain bekas, maka pak Tito harus menambah sebanyak minimal 5 kg lagi.












BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Representasi matematis dapat disimpulkan sebagai ungkapan dari suatu ide matematika baik itu masalah, pernyataan, definisi dan lainnya yang ditampilkan atau dicurahkan melalui berbagai macam bentuk yang dipilih oleh peserta didik sebagai bentuk yang mewakili situasi masalah guna menemukan solusi dari masalah tersebut dari hasil interpretasi pemikirannya. Kemampuan representasi matematika ini dapat mendukung peserta didik dalam memahami konsep matematika yang dipelajari lengkap dengan keterkaitannya dengan kehidupan atau materi lainnya. Selain itu representasi matematis juga digunakan sebagai alat dalam komunikasi matematis. Terdapat tiga indikator kemampuan representasi matematis diantaranya visual berupa diagram, grafik, tabel atau gambar, persamaan atau ekspresi matematis, dan kata-kata atau teks tertulis.
Berpikir logis merupakan proses penggunaan penalaran secara konsisten dan teratur untuk mengambil sebuah kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Adapun mengenai permasalahan atau situasi yang melibatkan pemikiran logis, seperti mengharapkan struktur, hubungan antara fakta-fakta, dan menghubungkan penalaran yang “dapat dipahami”. Berpikir logis pun memiliki indikator diantaranya hubungan antara fakta, memberi alasan, dan kemampuan menyimpulkan. Selain itu, berpikir logis matematis memiliki bebrapa komponen diantaranya yaitu mengontrol variabel, penalaran proporsional, penalaran probabilistik, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorik.

3.2  Saran
Kemampuan representasi matematis dan berpikir logis matematis peserta didik diharapkan dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Sehingga pembelajaran matematika dikelas sebaiknya memberikan kesempatan yang cukup bagi peserta didik untuk melatih dan mengembangkan kemampuan representasi dan berpikir logis matematis. Guru sebagai desainer pembelajaran harus mampu menciptakan kondisi dan suasana belajar yang dapat melatih dan mengembangkan kemampuan tersebut. Sehingga dengan suasana dan konteks pembelajaran yang mendukung, diharapkan setelah pembelajaran selesai peserta didik dapat mempunyai kemampuan representasi matematis dan berpikir logis matematis yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.























DAFTAR PUSTAKA

Ibenk. (2011). Berpikir logis dalam matematika. [Online]. Diakses dari: http://blogibenk-ibenk.blogspot.com/2011/02/berpikir-logis-dalam.
Fadillah, S. (2008). Representasi dalam pembelajaran matematika. [Online]. Diakses dari: http://fadillahatick.blogspot.co.id/2008/06/reoresentasi-matematik.html.
Hidayat, W. (2014). Kemampuan berpikir logis matematik. [Online]. Diakses dari: http://wahyu-hidayat.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/2014/07/kemampuan-berpikir-logis-matematik/.
Kartini. (2009). Peranan representasi dalam pembelajaran matematika. [Online]. Diakses dari: https://core.ac.uk/download/files/335/11064620.pdf.
Nurhayati, Y. (2013). Meningkatkan kemampuan representasi dan berpikir kritis matematis siswa SMP melalui pendekatan pendidikan matematika realistik. [Online]. Diakses dari: http://repository.upi.edu/8264/3 /t_mtk_1009506_chapter2.pdf.

Putri, G. R. (Tanpa tahun). Hubungan kemampuan berpikir logis dengan kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 1 RAO Kabupaten Pasaman. [Online]. Diakses dari: http://ejournal.unp.ac.id /index.php/pbs/article/download/195/151.

Sabirin, M. (2014). Representasi dalam pembelajaran matematika. JPM IAIN Antasari, 1 (2), hlm. 33-44. [Online]. Diakses dari: http://download. portalgaruda.org/article.php?article=183173&val=6339&title=Representasi%20dalam%20Pembelajaran%20Matematika.
Samsul, Pahmi. (Tanpa tahun). Berpikir logis dan pembuktian dengan induksi matematika. [Online]. Diakses dsari: https://www.academia.edu/9925344 /Berfikir_Logis_dan_pembuktian_dengan_induksi_matematika.
Setiawati, E. (2014). BAB I Pendahuluan. [Online]. Diakses dari: http://repository.upi.edu/6583/4/D_MTK_0907864_Chapter1.pdf.
Trisniawati. (2013). Makalah representasi matematis. [Online]. Diakses dari: http://trisniawati87.blogspot.co.id/2013/01/makalah-representasi-matematis. html.
Yudhanegara, M.R. & Lestari, K.E. (2014). Meningkatkan kemampuan representasi beragam matematis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah terbuka (penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas VII SMPN 1 Pagaden, Subang). Jurnal Ilmiah Solusi, 1 (3), hlm. 76-85). [Online]. Diakses dari: http://digilib.unsika.ac.id/sites/default/files/File% 20Solusi/09.MENINGKATKAN%20KEMAMPUAN%20REPRESENTASI%20BERAGAM%20MATEMATIS%20SISWA%20MELALUI%20PEMBELAJARAN.pdf.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GOALS KOGNITIF (PEMAHAMAN, PENALARAN, KOMUNIKASI, KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS)

GOALS KOGNITIF (PEMAHAMAN, PENALARAN, KOMUNIKASI, KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS) MAKALAH Diajukan untuk m emenuhi s ...