PENDEKATAN
INVESTIGATIF DAN PEMBELAJARAN GENERATIF
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi
salah
satu
tugas
matakuliah Model Pembelajaran Matematika pada semester genap
tahun akademik 2015/2016
dengan dosen pembimbing Maulana,
M.Pd.
Disusun
oleh :
Kelompok 1
Semester 6 Kelas 3D
1.
Trisna
Nugraha (No. Absen/NIM : 47 / 1307502)
2.
Annisa
Listiorini (No. Absen/NIM : 13 / 1306136)
3.
Tera
Lawina Darajat (No. Absen/NIM : 31 / 1306522)
4.
Maharani
Larasati P. (No. Absen/NIM : 46 / 1307346)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT. Karena berkat-Nya lah penyusun mampu menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw, para keluarganya, sahabatnya,
tabiuttabiinnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin ya rabbal alamin.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah Model-Model Pembelajaran Matematika. Penulisan ini ini
bertujuan sebagai sumber informasi mengenai “Pendekatan Investigatif dan
Pembelajaran Generatif” dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Ucapan terimakasih kepada Bapak Maulana, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Model-model Pembelajaran Matematika yang senantiasa
memberikan bimbingan dan ilmunya serta memberikan tugas untuk belajar secara
kooperatif. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari
segi materi, tata bahasa, penulisan kalimat, maupun kajian teori. Oleh karena
itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami
dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami
khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Sumedang, 1
April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah...................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................
2
1.3 Tujuan
Pembahasan..........................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat
Pendekatan Investigatif...................................................... 4
2.2 Landasan
Teori Pendekatan Investigatif.......................................... 5
2.3 Karakteristik
Pendekatan Investigatif.............................................. 7
2.4 Kelebihan
dan Kekurangan Pendekatan Investigatif....................... 8
2.5 Tahapan
atau Langkah-langkah Pendekatan Investigatif................
10
2.6 Implementasi
Pendekatan Investigatif.............................................
11
2.7 Konsep
Pembelajaran Generatif.......................................................
14
2.8 Teori
Belajar yang Mendukung Pembelajaran Generatif................. 15
2.9 Komponen
dalam Pembelajaran Generatif.......................................
17
2.10 Kelebihan
dan Kekurangan Pembelajaran Generatif.......................
18
2.11 Peran
Guru Dalam Pembelajaran Generatif.....................................
19
2.12 Langkah-langkah
Pembelajaran Generatif....................................... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan...........................................................................................
24
3.2 Saran.................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan salah satu upaya interaksi
antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran matematika sendiri mempunyai tujuan agar peserta didik paham
terhadap konteks matematika. Dari tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika
yang telah digariskan misalnya termuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), semuanya diharapkan dapat tercapai melalui pembelajaran
matematika.
Dalam mencapai tujuan yang telah disebutkan tersebut
tentunya memerlukan penyesuaian dengan paradigma pendidikan saat ini. Adapun
paradigma pembelajaran matematika kini telah berada pada paradigma
konstruktivisme. Dalam paradigma konstruktivisme peserta didik dituntut agar
terlibat secara aktif dalam mengonstruksi pengetahuan. Selain itu kelas tidak
dipandang sebagai kumpulan individu melainkan sebagai masyarakat belajar.
Pembelajaran konstruktivisme menekankan penyelesaian masalah melalui pemahaman
dan penalaran matematika melalui penemuan kembali sehingga peserta didik tidak
dituntut untuk hapal dan tahu saja. Dengan demikian guru dalam paradigma
konstruktivisme berperan sebagai pendidik, motivator, fasilitator dan manajer
belajar.
Guru harus mampu menciptakan pembelajaran matematika
yang efektif dan efisien serta tidak memperlakukan matematika sebagai kumpulan
konsep dan prosedur yang terisolasi melainkan sebagai hubungan antar konsep,
ide matematika dan aplikasinya. Oleh karena itu dalam menyikapi beberapa hal
tersebut tentu diperlukan inovasi dan variasi pembelajaran dari guru sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Hal tersebut dapat diatasi
oleh guru melalui pemilihan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan materi
ajar dan mampu membangkitkan pembelajaran kontruktivisme peserta didik.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan paradigma konstruktivisme tersebut yaitu pendekatan investigatif dan
pembelajaran generatif. Kedua pendekatan tersebut sangatlah penting karena
termasuk ke dalam pendekatan berpikir dan berbasis masalah yang dapat
meningkatkan beberapa kompetensi peserta didik diantaranya meneliti,
mengemukakan pendapat, menerapkan pengetahuan sebelumnya, memunculkan dan
mengorganisasi ide, membuat keputusan, dan membuat hubungan-hubungan yang
mendukung pembelajaran konstruktivisme.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pemaparan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan
masalah yaitu sebagai berikut ini.
1.2.1
Bagaimana hakikat dari pendekatan pembelajaran investigatif
dalam pembelajaran matematika?
1.2.2
Apa yang menjadi landasan teori dari pendekatan pembelajaran
investigatif?
1.2.3
Bagaimana karakteristik dari pendekatan pembelajaran investigatif?
1.2.4
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran
investigatif?
1.2.5
Bagaimana tahapan atau langkah-langkah pembelajaran dari
pendekatan pembelajaran investigatif?
1.2.6
Bagaimana implementasi dari pendekatan pembelajaran investigatif
dalam pembelajaran matematika di SD?
1.2.7
Bagaimana konsep dari pembelajaran generatif dalam
pembelajaran matematika?
1.2.8
Apa yang menjadi landasan teori belajar yang mendukung pembelajaran
generatif?
1.2.9
Apa saja yang menjadi komponen pembelajaran generatif?
1.2.10 Apa saja kelebihan dan kekurangan
dari pembelajaran generatif?
1.2.11 Bagaimana peran guru dalam
pembelajaran generatif?
1.2.12 Bagaimana tahapan atau
langkah-langkah pembelajaran generatif?
1.3
Tujuan
Pembahasan
Adapun
beberapa tujuan yang dapat diketahui di dalam penulisan makalah ini di
antaranya sebagai berikut.
1.3.1
Untuk mengetahui serta memahami hakikat dari pendekatan
pembelajaran investigatif dalam pembelajaran matematika.
1.3.2
Untuk memberikan gambaran informasi mengenai landasan teori
dari pembelajaran investigatif.
1.3.3
Untuk memberikan informasi mengenai karakteristik pendekatan
pembelajaran investigatif.
1.3.4
Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai kelebihan
dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran investigatif.
1.3.5
Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai langkah-langkah
dari pendekatan pembelajaran investigatif.
1.3.6
Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai
implementasi dari pendekatan pembelajaran investigatif dalam pembelajaran
matematika di SD.
1.3.7
Memberikan informasi mengenai konsep pembelajaran generatif.
1.3.8
Untuk memberikan informasi mengenai landasan teori dari pembelajaran
generatif.
1.3.9
Untuk memberikan gambaran informasi mengenai komponen dalam
pembelajaran generatif.
1.3.10 Untuk memberikan gambaran serta informasi
mengenai kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran generatif.
1.3.11 Untuk memberikan gambaran serta informasi
mengenai peranan guru dalam pembelajaran generatif.
1.3.12 Untuk memberikan gambaran serta informasi
mengenai tahapan atau langkah-langkah pembelajaran dari pembelajaran generatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat
Pendekatan Investigatif
Pendekatan investigatif merupakan salah satu bentuk
pendekatan pembelajaran dengan berlandaskan kepada paradigma pembelajaran
konstruktivisme. Jika dikaji secara tata bahasa, investigatif berhubungan atau
berasal dari kata investigasi. Kata investigasi sendiri biasanya sering kali
melekat pada bidang profesi polisi ataupun detektif dimana hal tersebut
dilakukan dalam rangka mencari suatu kebenaran dengan mencari dan memeriksa
beberapa bukti yang didapat dan menanyakan atau mengintrogasi beberapa pihak
yang terlibat dalam suatu kasus sehingga berujung kepada suatu penarikan
kesimpulan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, hlm.
441) investigasi berarti “penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta,
melakukan peninjauan, percobaan, dsb, dengan tujuan mempereoleh jawaban atas
pertanyaan (tt. peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dsb)”. Dengan demikian
pendekatan investigatif merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengontruksi pengetahuannya
melalui beberapa rangkaian kegiatan investigasi dalam usaha pencarian dan
pembentukan suatu konsep matematika dan dapat dilakukan secara berkelompok.
Menurut Huda (2013, hlm. 292) group
investigation pertama kali dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan
pada tahun 1976 di Universitas Tel Aviv Israel dan merupakan salah satu metode
yang kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk
menggunakan skill berpikir level tinggi.
Prinsip investigasi sendiri sudah banyak diadopsi
oleh berbagai bidang pengetahuan baik humainora maupun saintifik salah satunya
yaitu pembelajaran matematika. Istilah investigasi dalam pembelajaran matematika
pertama kali dikemukakan oleh Committee of Inquiry into the Teaching of
Mathematics in School dalam Cockroft Report pada tahun 1982.
Dalam laporan tersebut
merekomendasikan bahwa pembelajaran matematika di setiap jenjang pendidikan
harus meliputi eksposisi guru, diskusi, kerja praktek, latihan dan pemantapan
kemampuan dasar, pemecahan masalah serta melakukan kegiatan investigasi.
Sementara itu investigasi matematika menurut Bastow,
dkk. (dalam Lidnillah, 2009) mengungkapkan bahwa kegiatan investigasi
matematika merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong suatu
aktivitas percobaan (experiment),
mengumpulkan data, melakukan observasi, mengidentifikasi suatu pola, membuat
dan menguji kesimpulan atau conjecture
dan membuat suatu generalisasi. Pendekatan investigatif dalam pembelajaran matematika
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengontruksi pengetahuan
melalui kerjasama atau situasi matematika yang terbuka dengan proses heuristik
pemecahan masalah serta keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah
investigatif dengan penekanan pada penemuan dan pencarian suatu pola matematis.
Pendekatan investigatif memerlukan dan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skills (HOTS) diantaranya yaitu kemampuan
berpikir kritis, logis, dan kreatif sertasistematis. Keterampilan tersebut
dikembangkan melaui kegiatan investigasi terhadap permasalahan yang bersifat
terbuka. Dengan demikian perlu ditegaskan kembali bahwa pendekatan ivestigatif
dalam pembelajaran matematika merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam
menyajikan konsep matematika dilakukan dengan mengutamakan proses investigasi
atau penyelidikan terhadap suatu permasalahan ataupun pertanyaan yang peserta
didik ajukan sendiri sehingga peserta didik dituntut untuk membuktikan suatu
hipotesis dalam menyelesaikan permasalahan tersebut dan berakhir pada suatu
pembuktian kebenaran.
2.2
Landasan
Teori Pendekatan Pembelajaran Investigatif
Setiap
pendekatan pembelajaran tentunya berlandaskan kepada teori atau prinsip dari
pembelajaran itu sendiri. Teori yang melandasi pendekatan investigatif tidak
jauh berbeda dengan teori yang melandasi pembelajaran berbasis masalah ataupun
pendekatan lainnya yang berbasis konstruktivisme, diantaranya yaitu sebagai
berikut ini.
2.2.1
Teori belajar konstruktivisme
yakni pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan
lingkungan belajar, pergulatan dengan masalah dan proses inkuiri masalah
menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar, dan pengetahuan baru
terbentuk melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap
keberadaan suatu sudut pandang. Menurut Siregar dan Nara (2010, hlm. 40) proses
belajar konstruktivisme bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu
arah dari luar ke dalam diri siswa melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran struktur kognitifnya.
2.2.2
Teori belajar bermakna
dari David Ausubel.
Teori
belajar Ausubel membedakan antara belajar bemakna melalui proses penemuan
dengan belajar menghafal melalui suatu penerimaan. Suwangsih dan Tiurlina
(2010, hlm. 82) menegaskan bahwa ada dua jenis belajar yaitu belajar bermakna (meaningfull learning) dan belajar
menghafal (rote learning), Belajar
bermakna sendiri merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan
dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar.
Sehingga pendekatan investigatif berlandaskan kepada teori belajar bermakna
dari David Ausubel karena mengaitkan konsep atau informasi baru dengan struktur
kognitif atau pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik bukan sekedar
menghafal suatu konsep matematika.
2.2.3
Teori belajar Vigotsky.
Pendekatan
investigatif dapat dilakukan melalui suatu pembelajaran dalam interaksi sosial
dengan teman lainnya. Hal tersebut menandai bahwa pendekatan investigatif
berlandaskan pada teori belajar Vigotsky yang berpandangan bahwa interaksi
sosial dengan rekan belajar memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual peserta didik. Selain itu teori belajar Vigotsky
meyakini bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan
dengan pengalaman baru dan menantang serta pada saat seseorang berusaha untuk
memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman dan
pengertian terhadap pembelajaran, peserta didik berusaha untuk mengaitkan
pengetahuan baru mereka dengan bekal pengetahuan awal sehingga terjadi proses
pengkonstruksian pengetahuan baru.
2.2.4
Teori belajar Jerome S.
Brunner.
Free discovery learning
merupakan salah satu teori dari Brunner dimana proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep atau teori dan sebagainya. Pembelajaran
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan berusaha
sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang
benar-benar bermakna. Selain itu konsep scaffolding
digunakan pula oleh Brunner dan interaksi sosial baik didalam maupun diluar
kelas. Scaffolding merupakan suatu
konsep yang berisi proses untuk membantu peserta didik menuntaskan masalah
tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau
orang lain yang mempunyai kemampuan lebih.
2.3
Karakteristik
Pendekatan Pembelajaran Investigatif
Karakteristik
dari pendekatan pembelajaran investigatif tidak jauh berbeda dengan pendekatan
interaktif karena pendekatan investigatif termasuk ke dalam rumpun pendekatan
interaktif. Adapun karakteristik dari pendekatan tersebut menurut Suparman dan
Tarhuri (dalam Majid, 2015, hlm. 85) dapat diringkas sebagai berikut ini.
2.3.1
Adanya variasi kegiatan
pembelajaran klasikal, kelompok dan perseorangan.
2.3.2
Menitik beratkan kepada
keterlibatan mental atau pikiran dan perasaan peserta didik yang tinggi.
2.3.3
Guru berperan sebagai
fasilitator, narasumber, dan manajer kelas yang demokratis.
2.3.4
Suasana kelas yang
fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali pada tujuan yang telah
ditetapkan.
2.3.5
Potensial dapat menghasilkan
dampak pengiring lebih efektif.
2.3.6
Kegiatan pembelajaran
dapat digunakan di dalam maupun di luar kelas.
Pada
intinya yang menjadi ciri khas kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan investigatif yaitu dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengontruksi pengetahuan dan kemampuan proses matematis. Hal tersebut
dilakukan melalui penyajian soal terbuka dengan menggunakan kegiatan berpikir
matematis tingkat tinggi diantaranya meliputi kegiatan pencarian atau
penyelesaian masalah sesuai dengan pengalaman peserta didik sehingga pada
akhirnya peserta didik dapat menemukan suatu pola matematik dari permasalahan
yang disajikan sebagai suatu hipotesis yang diuji kembali kebenarannya. Dalam
prosesnya guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga peserta didik
berperan aktif dalam menemukan konsep matematika dalam pembelajaran.
2.4
Kelebihan
dan Kekurangan Pendekatan Investigatif
Tentunya
semua hal yang terdapat di dunia memiliki kelebihan dan kekurangan termasuk
dalam pendekatan pembelajaran investigatif. Adapun beberapa kelebihan yang
terdapat dalam pendekatan investigatif diantaranya yaitu sebagai berikut ini.
2.4.1
Dapat mengembangkan
kreativitas dan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok diantaranya kemampuan berpikir kritis, kreatif,
logis dan sistematis.
2.4.2
Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memecahkan masalah sehingga mampu meningkatkan rasa
percaya diri peserta didik.
2.4.3
Dengan beberapa
motivasi pembelajaran peserta didik tertarik terhadap pembelajaran matematika
sehingga pembelajaran matematika pun akan terasa bermakna.
2.4.4
Menempatkan peserta
didik sebagai sumber pembelajaran yang aktif serta memberikan sarana bermain
bagi peserta didik melalui kegiatan eksplorasi dan investigasi.
2.4.5
Pembelajaran dirancang
untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran dan berorientasi pada pembentukan manusia sosial yang mampu
bekerjasama, toleransi dan berkomunikasi dengan baik.
2.4.6
Pembelajaran ditujukan
agar peserta didik bertanggung jawab tentang apa yang dilakukan dan dikerjakan
dalam pembelajaran sehingga peserta didik dituntut berperan dam berpartisipasi
aktif.
Seperti
dua sisi dari mata uang logam bahwa kelebihan tidak akan terlepas dari
kekurangan. Adapun beberapa kekurangan dari pendekatan investigatif diantaranya
yaitu dapat dirangkum sebagai berikut ini.
2.4.1
Pembelajaran memerlukan
waktu yang cukup lama sehingga guru dituntut aktif dalam memanajemen waktu
pembelajaran.
2.4.2
Memerlukan keterampilan
pengelolaan kelas dan membimbing diskusi kelompok kecil yang baik karena pendekatan
investigatif bergantung kepada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan
dinamika kelompok serta kondisi dan situasi yang diciptakan guru.
2.4.3
Peserta didik yang
tidak siap dan tidak memiliki minat juga kepercayaan terhadap pembelajaran
investigatif akan merasa putus asa sehingga motivasi harus diberikan setiap
saat.
2.5
Langkah-langkah
Pendekatan Pembelajaran Investigatif
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran investigatif
dibagi ke dalam beberapa langkah. Bastow, dkk. (dalam Lidnillah, 2009, hlm. 6) menjelaskan
bahwa dalam pendekatan investigatif terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan. Adapun langkah yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
2.5.1. Menafsirkan
atau memahami masalah (interpreting).
2.5.2. Eksplorasi
secara spontan (exploring spontaneously).
2.5.3. Pengajuan
pertanyaan (posing problem).
2.5.4. Eksplorasi
secara sistematis (exploring
systematically).
2.5.5. Mengumpulkan
data (gathering and recording data).
2.5.6. Memeriksa
pola (indentifying pattern).
2.5.7. Menguji
dugaan (testing conjecture).
2.5.8. Melakukan
pencarian secara informal (expressing
finding informally).
2.5.9. Simbolisasi
(symbolizing).
2.5.10. Membuat
generalisasi formal (formalizing
generalitation).
2.5.11. Menjelaskan
dan mempertahankan kesimpulan (explaning
fand justifying).
2.5.12. Mengkomunikasikan
hasil temuan (communitating finding).
Pendapat lain dari Sharan, dkk. (dalam Majid, 2015,
hlm. 189 dan dalam Huda, 2013, hlm. 293) telah menetapkan enam tahap pembelajaran
investigasi kelompok yaitu pemilihan topik, perencanaan kooperatif,
implementasi, analisis dan sitesis, presentasi hasil final, dan evaluasi.
Adapun beberapa langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
2.5.1. Pada
tahap pemilihan topik peserta didik memilih subtopik khusus dari masalah umum
yang diterapkan oleh guru. Kemudian guru mengorganisasikan peserta didik
menjadi 2 sampai 6 anggota perkelompok dan setiap kelompok berorientasi pada
tugas dengan komposisi kelompok yang heterogen akan lebih baik.
2.5.2. Perencanaan
kooperatif atau kerja sama dilakukan dimana peserta didik dan guru merencanakan
prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik
yang telah dipilih.
2.5.3. Implementasi
yaitu aktivitas peserta didik dalam merencanakan rencana yang telah
dikembangkan dalam tahap kedua sehingga pembelajaran dilakukan dengan ragam
kegiatan dan keterampilan yang luas yakni proses pelaksanaan investigasi pencarian
informasi dan guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran.
2.5.4. Analisis
dan sintesis yaitu tahapan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi
tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menariksebagai bahan untuk
direpresentasikan di dalam kelas.
2.5.5. Presentasi
hasil akhir/final merupakan tahap penyajian hasil penyelidikan kelompok yang
dilakukan secara bergantian.
2.5.6. Evaluasi
yaitu tahap mengevaluasi kontribusi peserta didik terhadap pekerjaan
investigasi yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan baik secara individu
maupun kelompok.
2.6
Implementasi
Pendekatan Investigatif Dalam Pembelajaran Matematika di SD
Kegiatan investigasi matematika di sekolah dasar
dapat dilakukan untuk tahap penanaman konsep atau pengembangan kemampuan
peserta didik. Kegiatan investigasi matematika untuk siswa sekolah dasar dapat
dilakukan secara terbimbing atau guided
investigation. Bimbingan tersebut dapat dilakukukan secara tidak langsung
yakni dengan pemberian LKS ataupun bimbingan secara langsung melalui intervensi
selama kegiatan investigasi. Dengan demikian dalam pelaksanaannya matematika
yang menekankan pola kegiatan investigasi matematika perlu mempertimbangkan
beberapa hal yaitu persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran serta
penilaian pembelajaran.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
yakni menentukan tujuan kegiatan investigasi sebagai penanaman konsep atau
sebagai pengembangan kemampuan, selain itu penentuan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai malalui investigasi, memilih pokok bahasan atau konsep, serta
mengembangkan LKS sebagai fasilitas peserta didik dalam melakukan kegiatan
investigasi dan menyiapkan media manipulatif yang diperlukan juga setting kelas
dalam kelompok kecil. Sedangkan dalam pelaksanaan yang perlu dipertimbangkan
yaitu bagaimana cara mengelola kegiatan investigasi agar berjalan dengan baik.
Orientasi penilaian pada produk dan proses perlu diperhatikan. Penilaian produk
dilakukan untuk mengukur kemampuan matematika peserta didik baik keterampilan
dasar, procedural, maupun proses matematika sedangkan penilaian proses lebih
menitikberatkan kepada aktivitas peserta didik dalam kegiatan investigasi.
Implementasi dari pendekatan investigatif dalam
pembelajaran matematika berdasarkan pendapat Rusman (2014, hlm. 221) dan Aqib
(2015, hlm. 26) pelaksanaan pembelajaran dapat dibagi menjadi enam langkah dan
dapat dirangkum sebagai berikut ini.
2.6.1
Mengidentifikasi topik
dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, para siswa menelaah
sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengkategorisasi saran-saran. Para
siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama,
komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen
dimana guru membantu dan memfasilitasi dalam pemerolehan informasi.
2.6.2
Merencanakan
tugas-tugas belajar yaitu direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa
dalam kelompoknya masing-masing meliputi apa yang diselidiki, bagaimana
melakukan penyelidikan, siapa sebagai apa pembagian kerjanya, dan untuk tujuan
apa topik tersebut diinvestigasi. Guru bertugas menjelaskan maksud pembelajaran
dan tugas kelompok kemudian menyajikan suatu permasalahan (bisa berupa LKS) yang
kemudian diberikan kepada peserta didik dengan memberikan kesempatan untuk
bertanya kepada guru apabila ada hal yang tidak dapat dimengerti.
2.6.3
Melakukan investigasi
dimana siswa mencari informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.
Setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok, sehingga
peserta didik berdiskusi, bertukar pikiran, mengklarifikasi dan mensintesis
ide-ide. Guru bertugas dalam membimbing jalannya diskusi dan memberikan bantuan
kepada peserta didik yang mengalami kesulitan.
2.6.4
Menyiapkan laporan
akhir penyelidikan. Setiap anggota kelompok menenukan pesan esensial dari hasil
penyelidikan, merencanakan apa yang akan dilaporkan dan merancang penyajian
atau presentasi. Disini peserta didik diberikan kesempatan untuk mengecek ulang
hasil pekerjaannya.
2.6.5
Mempresentasikan
laporan hasil penyelidikan atau investigasi, setiap kelompok bergantian sebagai
penyaji dan pendengar yang dapat bertanya, menanggapi ataupun menyanggah. Guru
memberikan penguatan terhadap pemecahan masalah yang telah disampaikan oleh
semua kelompok dan siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
pembelajaran.
2.6.6
Evaluasi dapat
dilakukan dengan cara peserta didik berbagi mengenai balikan terhadap topik
yang telah diinvestigasi, kerja yang telah dilakukan dan pengalaman afektifnya.
Guru dan peserta didik berkolaborasi dalam melakukan evaluasi pembelajaran.
Asesesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep matematika yang
dipelajari dan kemampuan berpikir kritis.
Kegiatan investigasi matematika di
sekolah dasar setidaknya dapat dilukiskan pada kegiatan berikut ini.
2.6.1
Perhatikan bangun datar
di bawah ini!
2.6.2
Bangun datar segi empat
di atas adalah …
2.6.3
Buatlah titik-titik
tengah pada setiap sisi dari bangun datar tersebut!
2.6.4
Hubungkan setiap titik
tengah suatu sisi dengan dua titik tengah yang berada pada sisi yang
berdekatan, sehingga kalian memperoleh suatu bangun datar segi empat yang baru.
Sebutkan ciri-ciri dari bangun datar segiempat baru tersebut!
2.6.5
Jenis apakah bangun
datar segi empat tersebut?
2.6.6
Jelaskan kembali alasan
jawaban yang telah kalian tulis sebelumnya!
2.7
Konsep
Pembelajaran Generatif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, hlm.
353) generatif diartikan sebagai bersifat menerangkan (tentang tata bahasa)
dengan kaidah-kaidah yang merupakan pemberian struktur tentang kalimat terdapat
di dalam sebuah bahasa. Namun jika melihat konotasi terhadap pembelajaran
matematika dapat diartikan bahwa pembelajaran generatif merupakan pembelajaran
yang menstrukturkan atau menyatukan gagasan peserta didik. Hal tersebut senada
dengan Huda (2013, hlm. 309) bahwa pembelajaran generatif merupakan salah satu
pendekatan berpikir/strategi pembelajaran yang berusaha menyatukan
gagasan-gagasan baru dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
Pembelajaran generatif sendiri dikembangkan oleh Merlin C. Wittrock pada tahun
1992. Melalui pembelajaran generatif peserta didik akan lebih nyaman dan dapat
membantu peserta didik menentukan atau menciptakan subtujuan serta submasalah
dan strategi mencapai tugas yang lebih besar. Lebih jelasnya Sofyanto (2013)
menegaskan bahwa
Model pembelajaran generatif (generative learning model) pertama kali
diperkenalkan oleh Osbone dan Cosgrove dalam Sutarman dan Swasono (2003).
Menurut Osborn dan Wittrock pembelajaran generatif merupakan suatu model
pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru
dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sebelumnya.
Pengetahuan baru tersebut akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab
permasalahan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil
menjawab permasalahan yang terjadi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan
dalam memori jangka panjang.
Ketika
peserta didik mampu mengkostruksi pengetahuan yang mereka miliki dan kemudian
diintegrasikan dengan pengetahuan yang baru dalam proses kegiatan pembelajaran
akan terasa menyenangkan dan lebih bermakna bagi mereka. Dalam pembelajaran pun
peserta didik boleh belajar secara individu maupun kelompok. Akan tetapi,
pembelajaran yang berkelompok lebih baik karena peserta didik harus mencari
pemecahan permasalahan yang diberikan oleh guru kemudian hasil temuannya dipresentasikan di depan
teman-teman kelas. Dalam model pembelajaran generatif memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mencari tahu
sendiri solusi dari pemecahan masalah yang paling tepat sesuai dengan kemampuan
berpikir. Dapat disimpulkan, bahwa
proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan
pembelajaran generatif merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang
mengintegrasikan apa yang diketahui peserta didik sebelumnya dengan pengetahuan
baru yang akan diperoleh peserta didik melalui kegiatan diskusi untuk
memecahkan suatu permasalahan.
Osborne dan Wittrock (Hulukati,
2005) menjelaskan proses pengolahan input indera dalam otak diantaranya, ide
yang ada dipikirkan peserta didik mempengaruhi dalam mengarahkan indera,
menentukan masukan dari indera mana yang akan diperhatikan dan mana yang tidak,
masukan ide yang diperhatikan peserta didik belum mempunyai arti, peserta didik
membangun hubungan-hubungan antara masukan indera yang akan diperhatikannya
dengan yang ada dalam pikirannya, peserta didik membangun hubungan tersebut dan
pemasukan indera untuk membangun arti pada pemasukan itu, peserta didik menguji
arti yang dibangun dengan keterangan lain yang disimpan dalam otak, peserta
didik menyimpan arti yang dibangun dalam ingatan, dan otak peserta didik begitu
berperan dalam menyerap dan memahami informasi, maka peserta didik sendiri
adalah penanggung jawab utama dalam belajar.
2.8
Teori
Belajar yang Mendukung Pembelajaran Generatif
Pembelajaran generatif dalam
pengebangannya berlandaskan kepada beberapa teori belajar dan pembelajaran diantaranya
yaitu teori-teori pembelajaran konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu
yang sudah ada dan orang lain tinggal menerimanya, tetapi pengetahuan lebih
diartikan sebagai suatu pembentukan kognitif oleh peserta didik terhadap objek,
pengalaman, maupun lingkungannya. Nur dan Katu (dalam Sofyanto, 2013) mengungkapkan bahwa
beberapa hal penting dari teori konstruktivis sebagai landasan dari pendekatan
generatif diantaranya dapat dirangkum sebagai berikut ini.
2.10.1
Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi yang
telah peserta didik pahami sebelumnya diolah melalui proses kesetimbangan yakni
asimilasi dan akomodasi dalam upaya pemahaman informasi baru dalam
pembelajaran.
2.10.2
Manusia belajar jika bekerja dalam zona perkembangan terdekat yaitu
daerah perkembangan sedikit di atas satu tingkat perkembangannya.
2.10.3
Penekanan pada prinsip scaffolding yaitu
pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah.
Sehingga pada pelaksanaan pembelajaran peserta didik diberikan tugas yang
kompleks dan sulit juga realistik kemudian dibantu dalam menyelesaikannya
melalui konsep scaffolding.
2.10.4
Lebih menekankan kepada pengajaran top-down
atau memulai masalah dari kompleks, utuh dan autentik untuk dipecahkan daripada
bottom-up.
2.10.5
Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan sendiri bukan hanya
diketahui atau dihafal.
2.10.6
Menganut visi siswa ideal yaitu seorang peserta didik dapat memiliki
kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.
2.10.7
Memiliki anggapan jika seseorang mempunyai strategi belajar efektif,
motivasi dan tekun dalam aplikasi strategi tersebut sampai tugasnya terselesaikan
demi kepuasan mereka sendiri maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar yang
efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.
2.9
Komponen
Pembelajaran Generatif
Sebagai model atau pendekatan pembelajaran,
pembelajaran generatif memiliki beberapa komponen pembentuk yang juga dapat
dikatakan sebagai karakteristik. Lebih jelasnya Amelia (2010) menyatakan bahwa
komponen dari pembelajaran generatif meliputi proses motivasi, proses belajar,
proses penciptaan pengetahuan, dan proses generasi. Proses motivasi sendiri
merupakan penciptaan pembelajaran generatif yang dapat meningkatkan minat siswa
sehingga menentukan proses motivasi dalam peserta didik dan hal tersebut akan
berpengaruh pada tingkat keberhasilan dari seseorang. Adapun ciri suatu
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta didik
diantaranya adanya konsep belajar yang ditujukan sebagai hasil dan upaya
individu dalam memperbaiki konsep diri sehingga peserta didik sebagai aktor
utama dalam pembelajaran, peserta didik terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, meningkatkan kendali, tanggung jawab serta akuntabilitas dalam
pembelajaran, pembelajaran menganut sistem reward
and achievement.
Komponen yang kedua yakni proses belajar merupakan
komponen pembentuk pembelajaran generalisasi dimana proses belajar akan
dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan guru sehingga mengakibatkan respon
dari peserta didik. Dalam pembelajaran generatif guru harus terus memberikan
stimulus baik itu berupa alat peraga atau media secara fisik yang dapat menarik
perhatian peserta didik maupun hal lainnya yang dilakukan guru agar dapat
mempertahankan rasa ingin tahu peserta didik dari awal pembelajaran sampai
akhir pembelajaran.
Selanjutnya yakni proses penciptaan pengetahuan
tentu merupakan salah satu komponen dari pembelajaran generatif dimana jika
kita kembali melihat ke awal pembelajaran generatif berlandaskan teori
konstruktivisme sehingga peserta didiklah yang berperan mengkonstruksi
pengetahuannya. Dengan demikian hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran
konstruktivisme meliputi skema atau pengetahuan awal baik itu berupa sistem
nilai, konsep, keterampilan strategi kognitif dan pengalaman sebagai bekal
dalam kegiatan pengembangan. Proses generasi merupakan komponen dalam
pembelajaran generatif dimana pengetahuan awal peserta didik berpengaruh
terhadap kemampuan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehingga hal
tersebut dapat menciptakan suatu generasi yang bermanfaat dan berdaya saing.
2.10 Kelebihan dan
Kekurangan Pembelajaran Generatif
Menurut Sutarman (dalam Dika, 2013) kelebihan
pembelajaran generatif secara singkat dapat dipaparkan sebagai berikut ini.
2.10.1 Pembelajaran
generatif memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar secara
kooperatif.
2.10.2 Merangsang
rasa ingin tahu peserta didik.
2.10.3 Pembelajaran
generatif untuk meningkatkan keterampilan proses.
2.10.4 Meningkatkan
aktivitas belajar peserta didik, diantaranya dengan bertukar pikiran dengan
peserta didik lainnya, menjawab pertanyaan dari guru serta berani dan percaya
diri dalam mempresentasikan hipotesisnya.
2.10.5 Guru
mengajar menjadi kreatif dalam mengarahkan siswanya untuk mengontruksi konsep
yang akan dipelajari.
Selain memiliki beberapa kelebihan
tentunya pembelajaran generatif memiliki kekurangan atau kelemahan. Adapun
kekurangan dari pembelajaran generatif diantaranya yaitu sebagai berikut ini.
2.10.1 Memerlukan
waktu yang relatif lama.
2.10.2 Dikhawatirkan
terjadinya kesalahan konsep bagi siswa sehingga guru harus membimbing siswa
dalam menggali pengetahuan dan mengevaluasi hipotesis siswa pada tahap tantangan
setelah melakukan penyajian atau presentasi.
2.10.3 Memerlukan
guru yang berpengalaman dalam mengorganisasikan pembelajaran.
2.11 Peran Guru Dalam
Pembelajaran Generatif
Dalam belajar generatif peserta
didik sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Model pembelajaran
generatif ini berlandaskan pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar
bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Menurut Tytler (Dika, 2013),
terdapat empat peran utama guru yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
generatif diantaranya yaitu stimulator rasa ingin tahu, membangkitkan dan menantang ide peserta
didik, narasumber, dan senior co-investigator. Sebagai stimulator rasa ingin tahu, guru
berperan mengunggah perhatian dan motivasi peserta didik untuk menyimak tujuan
riil pembelajaran. rasa ingin tahu ini ditumbuhkembangankan oleh peserta didik.
Untuk itu, guru harus merancang aktivitas-aktivitas yang dapat memberi kejutan
bagi peserta didik.
Sebagai pembangkit dan penantang ide-ide peserta didik, guru harus dapat membangkitkan, memberi semangat, dan menstimulus
peserta didik untuk berpikir kritis dalam mengemukakan pendapat maupun dalam
melakukan investigasi. Sebagai narasumber, guru
mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan oleh
peserta didik serta menyiapkan informasi yang memadai baik itu tertulis maupun
verbal ataupun menyusun rencana untuk menggunakan alat peraga yang mendukung
dalam proses belajar mengajar di kelas. Sebagai senior co-investigator,
istilah ini dapat diartikan bahwa peserta didik sebagai investigator dan guru berperan sebagai pembantu investigasi
(co-investigator), karena guru lebih berpengalaman dari siswanya maka muncullah
istilah senior co-investigator. Guru berperan sebagai model bagi siswa dalam
mengajukan pertanyaan, juga merancang suatu aktivitas pembelajaran berupa
diskusi ilmiah sehingga timbul sikap respon siswa terhadap teman sejawat atau
teman sebayanya.
2.12 Langkah-langkah
Pembelajaran Pembelajaran Generatif
Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan generatif dapat dijabarkan dalam empat elemen dasar atau
bisa disebut sebagai sintak dalam mengimplementasikannya di dalam pembelajaran
matematika. Hal yang menjadi keunikan dari pembelajaran generatif bahwa sintak
tersebut dapat diterapkan secara masing-masing ataupun diimplementasikan secara
kombinatif antara satu sama lain yang disesuaikan dengan kreativitas dan
keinginan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun elemen dasar tersebut
dapat disebutkan sebagai berikut ini.
2.14.1
Mengingat (recall).
Mengingat merupakan suatu aktivitas yang melibatkan
peserta didik untuk menarik kembali informasi dan memori lama yang telah
dimilikinya. Tujuan dari mengingat yaitu mempelajari informasi berdasarkan
fakta. Adapun beberapa teknik yang dapat digunakan dalam mengingat yaitu
repetisi atau pengulangan, latihan atau praktik, review dan mnemonik.
2.14.2
Menggabungkan (integration).
Menggabungkan merupakan suatu aktivitas dalam
pembelajaran generatif dimana peserta didik menggabungkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan sebelumnya. Hal tersebut bertujuan mentransformasi informasi
ke dalam bentuk yang lebih mudah diingat. Beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam mentranformasi informasi diantaranya yaitu paraphrasing atau mengoutline dengan bentuk naratif, summarizing atau menceritakan kembali
konten pelajaran agar dapat menginterpretasikan atau menjelaskan dengan baik, issue tress atau memetakan isu kedalam
pohon peta konsep, generating questions yaitu
membuat contoh atau pertanyaan terkait materi pembelajaran, dan generating analogies yakni membuat
analogi yang dapat memudahkan proses integrasi.
2.14.3
Mengolah (organization).
Proses mengolah merupakan salah satu sintak dari
pembelajaran generatif dimana melibatkan peserta didik untuk menghubungkan
pengetahuan sebelumnya dengan gagasan dan konsep baru dalam pembelajaran dengan
cara yang sistematis. Dalam melakukan pengolahan ada beberapa teknik yang dapat
dilakukan diantaranya yaitu menganalisis pokok atau kata kunci dari suatu
gagasan, menggaris bawahi suatu gagasan, mengakategorikan, menandai atau
mengelompokan, dan pemetaan konsep.
2.14.4
Memerinci (elaboration).
Memerinci merupakan suatu aktivitas peserta didik
dalam menghubungkan materi baru dengan informasi atau gagasan yang sudah mereka
miliki sebelumnya. Elaborasi sendiri bertujuan untuk menambah gagasan ke dalam
informasi yang baru. Adapun beberapa teknik dalam melakukan elaborasi
diantaranya yaitu membuat gambar mental atau diagram fisik, free writing atau kegiatan menulis
bebas, elaborasi kalimat, tampilan visual atau slide ataupun berupa majalah
dinding.
Dalam mengimplementasikan
beberapa elemen dasar tersebut diperlukan beberapa langkah atau tahapan
pembelajaran yang terstruktur. Menurut Osborne dan Cosgrove (dalam Sofyanto,
2013) bahwa tahapan penerapan model pembelajaran generatif dapat dijabarkan
sebagai berikut ini.
2.14.1
Tahap pendahuluan atau eksplorasi yaitu suatu aktivitas guru dalam
membimbing peserta didik untuk melakukan eksplorasi terhadap suatu pengetahuan,
idea tau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman kehidupan sehari-hari
atau pemahaman pembelajaran sebelumnya. Guru harus berperan aktif dalam
memberikan stimulus sehingga peserta didik pun dapat berperan aktif dalam
bertanya yang kemudian peserta didik didorong untuk menciptakan iklim diskusi
tentang fakta atau gejala yang diselidiki atau amati. Dalam proses diskusi guru
berperan sebagai fasilitator untuk mengantarkan peserta didik dalam
mengidentifikasi konsep yang selanjutnya dikembangkan menjadi rumusan masalah,
dugaan serta hipotesis. Tahap ini juga disebut the preliminary step atau tahap persiapan.
2.14.2
Tahap pemfokusan (the focus step)
merupakan suatu tahap dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis. Guru
sebagai fasilitator memberikan berbagai pelayanan kepada peserta didik seperti
menyediakan berbagai sumber, memberikan bimbingan, LKS dan lain sebagainya
dalam upaya menciptakan proses ilmiah peserta didik. Tugas yang diberikan harus
didesain semenarik mungkin sehingga memberikan peluang dan merangsang peserta
didik untuk menguji hipotesisnya dengan caranya. Penyelesaian tugas dapat
dilakukan secara berkelompok kecil dengan beranggotakan 2 sampai 4 orang
sehingga peserta didik dapat berinteraksi dalam meningkatkan sikap ilmuwan.
2.14.3
Tahap tantangan atau tahap pengenalan konsep (the challenge step) dilakukan setelah peserta didik memperoleh data
yang selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja siswa. Peserta
didik mempresentasikan penemuannya melalui diskusi kelas secara bergantian
dalam menciptakan iklim tukar pengalaman dan melatih peserta didik dalam
menyampaikan ide, kritik, saran, berdebat dan toleran terhadap perbedaan
pendapat. Setelah diskusi berakhir peserta didik memperoleh kesimpulan dan
pemantapan konsep yang benar dengan proses kognitif yaitu terjadinya asimilasi
dan akomodasi. Proses mental asimilasi tersebut terjadi apabila konsepsi
peserta didik sesuai dengan konsep benar menurut data eksperimen, sedangkan
akomodasi terjadi karena konsepsi peserta didik sesuai dengan data empiris.
Guru berperan dalam pemberian pemantapan konsep dan latihan soal agar peserta
didik benar-benar memahami konsep matematika yang diajarkan.
2.14.4
Tahap penerapan konsep atau tahap aplikasi (the application step) merupakan tahap terakhir dalam pembelajaran
generatif dimana peserta didik diajak untuk memecahkan masalah dengan
menggunakan konsep barunya dan konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan
dengan hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahap penerapan konsep,
guru memberikan beberapa soal yang kuantitas dan kualitasnya sudah ditentukan
berdasarkan tingkatan sehingga melatih kembali pemahaman konsep matematis
peserta didik. Dengan tahapan ini diharapkan materi pembelajaran dapat masuk
kedalam ingatan jangka panjang peserta didik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Pendekatan investigatif merupakan salah
satu bentuk pendekatan pembelajaran dengan berlandaskan kepada paradigma
pembelajaran konstruktivisme. Secara bahasa
investigatif berasal dari kata investigasi yang artinya penyelidikan dengan mencatat atau merekam
fakta, melakukan peninjauan, percobaan, dsb, dengan tujuan mempereoleh jawaban
atas pertanyaan (tt. peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dsb). Dengan demikian pendekatan investigatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengontruksi pengetahuannya melalui beberapa rangkaian kegiatan
investigasi dalam usaha pencarian dan pembentukan suatu konsep matematika dan
dapat dilakukan secara berkelompok. Adapun teori-teori dalam pendekatan investigasi yang
melandasi diantaranya, teori konstruktivisme, teori Ausubel, teori Vygotsky dan
teori Brunner.
Menurut Osborn dan Wittrock
pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada
pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang
sudah dimiliki peserta didik sebelumnya. Pengetahuan baru tersebut akan diuji
dengan cara menggunakannya dalam menjawab permasalahan atau gejala yang
terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang terjadi,
maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang. Langkah-langkah pembelajaran pada model
pembelajaran generatif meliputi mengingat, menggabungkan, mengolah, dan
merinci. Sedangkan tahapannya meliputi, tahapan pendahuluan atau eksplorasi,
tahapan pemfokusan, tahapan tantangan, dan tahapan penerapan konsep atau tahap
aplikasi.
3.2
Saran
Pendekatan
pembelajaran investigatif dan pembelajaran generatif dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar dalam aplikasinya memerlukan kesiapan untuk bisa mengkonstruksi
pengetahuan kepada peserta didik melalui berbagai proses diantaranya yakni
pemecahan masalah. Dengan demikian diharapkan guru harus siap menjadi
pembimbing sekaligus tutor atau fasilitator bagi para peserta didik. Selain itu
guru juga harus mampu memberikan motivasi, semangat dan membantu peserta didik
dalam menguasai konsep dalam pembelajaran. Dalam sudut lain peserta didik juga
harus siap dalam menerima lingkungan belajar yang telah dirancang oleh guru
sehingga mampu menjalani setiap tahapan pembelajaran dan memperoleh pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, M. (2010). Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap kemampuan koneksi
matematis siswa. [Online]. Diakses dari: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5458/1/MIMIN%20MINARNI%20AMELIA-FITK.
Aqib, Z. (2015). Model-model, media, dan strategi pembelajaran konstektual (inovatif).
Edisi Kelima. Bandung: Yrama Widya.
Dika, A. (2013). Model pembelajaran generatif. [Online]. Diakses dari: http://tutorial-seo-bloger.blogspot.com/2013/02/model-pembelajaran-generatif.html.
Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran:
Isu-isu metodis dan paradigmatis. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Hulukati, E. (2013). Mengembangkan kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematika siswa SMP melalui model pembelajaran generatif.
Bandung: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. [Online]. Diakses dari: http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=1773.
Lidnillah, D.A.M. (2009). Investigasi matematika dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar. [Online].
Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_11-April_2009/INVESTIGASI_MATEMATIKA_DALAM_PEMBELAJAR
AN_MATEMATIKA_DI_SEKOLAH_DASAR.pdf.
Majid, A. (2015). Strategi pembelajaran. Cetakan keempat.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman. (2014). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sofyanto. (2013). Model pembelajaran generatif. [Online]. Diakses dari: http://www.guraru.org/guru-berbagi/model-pembelajaran-generatif/.
Suwangsih, E. & Tiurlina.
(2010). Model pembelajaran matematika.
Edisi Kesatu. Bandung: UPI Press.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa
(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi Ketiga. Jakarta: PT Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar