Translate

Sabtu, 10 Februari 2018

PENDEKATAN EKSPLORATIF DAN PENDEKATAN SAVI


PENDEKATAN EKSPLORATIF DAN PENDEKATAN SAVI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Model Pembelajaran Matematika pada semester genap tahun akademik 2015/2016
dengan dosen pembimbing Maulana, M.Pd.




Disusun oleh :
Kelompok 1
Semester 6 Kelas 3D
1.      Trisna Nugraha            (No. Absen/NIM : 47 / 1307502)
2.      Annisa Listiorini         (No. Absen/NIM : 13 / 1306136)
3.      Tera Lawina Darajat   (No. Absen/NIM : 31 / 1306522)
4.      Maharani Larasati P.   (No. Absen/NIM : 46 / 1307346)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat-Nya lah penyusun mampu menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw, para keluarganya, sahabatnya, tabiuttabiinnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin ya rabbal alamin.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Model-Model Pembelajaran Matematika. Penulisan ini ini bertujuan sebagai sumber informasi mengenai “Pendekatan Eksploratif dan Pendekatan SAVI” dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Ucapan terimakasih kepada Bapak Maulana, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Model-model Pembelajaran Matematika yang senantiasa memberikan bimbingan dan ilmunya serta memberikan tugas untuk belajar secara kooperatif. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi, tata bahasa, penulisan kalimat, maupun kajian teori. Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

                                                                                    Sumedang, 6 April 2016



         Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah...................................................................  1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................  2
1.3  Tujuan Pembahasan..........................................................................  3
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pendekatan Eksploratif..................................................   4
2.2  Landasan Teori Pendekatan Eksploratif..........................................   5
2.3  Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Eksploratif........................   6
2.4  Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Eksploratif.......................  8
2.5  Tahapan atau Langkah-langkah Pendekatan Eksploratif.................  8
2.6  Implementasi Pendekatan Eksploratif..............................................  9
2.7  Hakikat Pendekatan SAVI.............................................................. 11
2.8  Landasan Teori Pendekatan SAVI.................................................. 13
2.9  Karakteristik Pendekatan SAVI...................................................... 15
2.10 Prinsip Pendekatan Pembelajaran SAVI.......................................... 19
2.11 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI............................... 20
2.12 Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran SAVI......................... 21
2.13 Implementasi Pendekatan SAVI pada Pembelajaran Matematika
di Sekolah Dasar.............................................................................. 22
BAB III PENUTUP
3.1  Simpulan........................................................................................... 24
3.2  Saran................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 26

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Masalah
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi terhadap situasi dan lingkungan yang berada di sekitar individu. Belajar sendiri dilakukan agar terjadi perubahan perilaku sebagai tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Dari hal tersebut terbentuk suatu konsep yakni pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang pelaku yakni pendidik dan peserta didik. perilaku pendidik biasa disebut dengan mengajar sedangkan perilaku atau kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik biasa disebut dengan belajar. Kedua kegiatan tersebut baik mengajar maupun belajar sangat berkaitan dengan pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik. Hubungan antara pendidik dengan peserta didik harus bersifat dinamis dan syarat dengan makna edukasi.
Pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara sadar dan dilakukan dengan tujuan peserta didik dapat memahami konteks metamatika yang diajarkan. Pembelajaran matematika sendiri tidak terlepas dari suatu pandangan pembelajaran yang bersifat dinamis dan syarat dengan makna edukasi. Oleh karena itu penggunaan pendekatan pembelajaran harus mampu meningkatkan keaktifan peserta didik agar terdapat perubahan pada diri peserta didik dalam kegiatan belajar, sehingga pendekatan harus dirancang dengan baik agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal tentunya memerlukan penyesuaian dengan paradigma pendidikan saat ini. Adapun paradigma pembelajaran matematika kini berada pada paradigma konstruktivisme. Dalam paradigma konstruktivisme peserta didik dituntut terlibat secara aktif dalam mengonstruksi pengetahuan. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran matematika yang efektif dan efisien serta tidak memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terisolasi melainkan sebagai hubungan antar konsep, ide matematika dan aplikasinya. Dalam menyikapi beberapa hal tersebut tentu diperlukan inovasi dan variasi pembelajaran dari guru sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Hal itu dapat diatasi oleh guru melalui pemilihan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan materi ajar dan mampu membangkitkan pembelajaran kontruktivisme. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme tersebut yaitu pendekatan eksploratif dan pendekatan SAVI.

1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut ini.
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan pendekatan eksploratif dalam pembelajaran matematika?
1.2.2        Apa yang menjadi landasan teori dari pendekatan pembelajaran eksploratif?
1.2.3        Bagaimana karakteristik dari pendekatan pembelajaran eksploratif?
1.2.4        Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran eksploratif?
1.2.5        Bagaimana tahapan atau langkah-langkah pembelajaran dari pendekatan pembelajaran eksploratif?
1.2.6        Bagaimana implementasi dari pendekatan pembelajaran eksploratif dalam pembelajaran matematika di SD?
1.2.7        Bagaimana hakikat dari pendekatan SAVI dalam pembelajaran matematika?
1.2.8        Apa yang menjadi landasan teori dari pendekatan pembelajaran SAVI?
1.2.9        Bagaimana karakteristik dari pendekatan pembelajaran SAVI?
1.2.10    Bagaimana prinsip-prinsip dalam pendekatan SAVI?
1.2.11    Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pendekatan SAVI?
1.2.12    Bagaimana tahapan atau langkah-langkah pembelajaran SAVI?
1.2.13    Bagaimana implementasi dari pendekatan SAVI pada pembelajaran matematika di sekolah dasar?

1.3     Tujuan Pembahasan
Adapun beberapa tujuan yang dapat diketahui di dalam  penulisan makalah ini di antaranya sebagai berikut.
1.3.1        Untuk mengetahui serta memahami pengertian dari pendekatan pembelajaran eksploratif dalam pembelajaran matematika.
1.3.2        Untuk memberikan gambaran informasi mengenai landasan teori dari pendekatan pembelajaran eksploratif.
1.3.3        Untuk memberikan informasi mengenai karakteristik pendekatan pembelajaran eksploratif.
1.3.4        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran eksploratif.
1.3.5        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai langkah-langkah dari pendekatan pembelajaran eksploratif.
1.3.6        Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai implementasi dari pendekatan pembelajaran eksploratif dalam pembelajaran matematika di SD.
1.3.7        Untuk memberikan informasi mengenai hakikat pendekatan SAVI.
1.3.8        Untuk memberikan informasi mengenai landasan teori dari pendekatan pembelajaran SAVI.
1.3.9        Untuk memberikan gambaran informasi mengenai karakteristik pendekatan pembelajaran SAVI.
1.3.10    Untuk memberikan informasi prinsip dari pendekatan SAVI.
1.3.11    Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai kelebihan dan kelemahan dari pendekatan pembelajaran SAVI.
1.3.12    Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai tahapan atau langkah-langkah pendekatan pembelajaran SAVI.
1.3.13    Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai implementasi pendekatan SAVI pada pembelajaran matematika di sekolah dasar.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Pendekatan Eksploratif
Pada dasarnya pembelajaran akan menyenangkan dan berhasil jika guru merencanakan segala sesuatunya dengan baik, seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, metode, sumber yang akan digunakan, media pembelajaran dan lain-lain. Salah satu yang harus dipikirkan oleh guru dalam menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran apa yang ingin digunakan untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran salahsatunya adalah pendekatan eksploratif.
Menurut KBBI “Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dan situasi yang baru”. Adapun menurut Wikipedia “Eksplorasi adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu. Dalam hal ini, eksplorasi adalah usaha untuk membentuk pengertian umum dan awal terhadap suatu fenomena.
Johari (2013), mengemukakan bahwa pendekatan eksploratif merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana guru melibatkan peserta didik dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman, mengelola informasi, memfasilitasi peserta didik dalam berinteraksi sehingga peserta didik aktif, mendorong peserta didik mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan di labolatorium.
Sedangkan menurut Fatcul (2011) mengemukakan bahwa, eksploratif merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa  dari tidak tahu menjadi tahu. Dan pendekatan eksploratif ini memiliki kesamaan dengan pendekatan investigasi. Selain kesamaan terdapat pula perbedaannya, seiring dengan pendapatnya Cifarelli & Cai (Karlimah, dkk., 2010) yang menyatakan bahwa.
“Investigasi matematika lebih banyak digunakan oleh peneliti berkaitan dengan penggunaan strategi formal dalam aktivitas mencari solusi masalah seperti penggunaan berbagai metode ilmiah dalam 8 aktivitas penalaran. Sedangkan eksplorasi matematika menunjukkan pada suatu aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan strategi formal dan tidak formal untuk mencari suatu solusi masalah. Baik investigasi maupun eksplorasi matematika merupakan bentuk khusus dari kegiatan pemecahan masalah.”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan eksploratif adalah suatu pendekatan yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan suatu permasalahan dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.

2.2     Landasan Teori Pendekatan Eksploratif
Pendekatan eksploratif ini didukung oleh beberapa teori yang melandasinya, diantarannya sebagai berikut.
2.2.1        Constructivism.
Teori konstruktivisme merupakan salahsatu teori yang melandasi adanya pendekatan eksploratif. Suparno (2008) mengemukakan bahwa, “Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai.”
Dengan kata lain, kontruktivisme merupakan salahsatu pendukung munculnya pendekatan eksploratif, yang menekankan bahwa belajar itu tidak hanya sekedar dihafal, dipahami dan diingat, tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar yang dimana siswa diajak untuk membangun pengetahuannya sendiri.
2.2.2        Inquiri
Inquiri yang berarti suatu proses menemukan. Yulianto (2013) mengatakan bahwa, “Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri, serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah”. Inquiri juga mementingkan aspek sistematis dalam proses berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada.
2.2.3        Problem Solving.
Pemecahan masalah atau problem solving merupakan suatu landasan teori yang banyak dibahas di beberapa model pembelajaran ataupun pendekatan pembelajaran. Soedjadi (Karlimah, dkk., 2010) menyatakan bahwa,“Melalui pelajaran matematika diharapkan dan dapat ditumbuhkan kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan. Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan memecahkan masalah”.
                                                                            
2.3     Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Eksploratif
Dari semua pendekatan yang digunakan oleh seorang guru pada saat proses pembelajaran tentunya memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan antara pendekatan satu dengan pendekatan yang lainnya, termasuk pendekatan eksploratif. Menurut Ramlan dan Arie (2011), karateristik yang dimiliki oleh pendekatan eksploratif yaitu sebagai berikut.
2.3.1        Mengutamakan langkah-langkah eksploratif.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan eksploratif terdapat kegiatan-kegiatan eksploratif berupa menginvestigasi sesuatu berdasarkan pengalaman atau pengetahuan awal, kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan baru yang akan diperolehnya. Informasi baru yang ditemukan tersebut kemudian didiskusikan bersama teman sekelompok untuk didapatkan perluasan materi atau informasi, dan guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan dapat mengajukan pertanyaan yang bisa membuat peserta didik lebih kritis dalam berpikir dan kreatif.
2.3.2        Menekankan proses komunikasi yang interaktif, adaptif, dan reflektif
Ketika proses pembelajaran berlangsung harus terjadi komunikasi yang interaktif antara guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik. Peserta didik tidak hanya menerima ilmu dari guru, tetapi juga mendapatkan informasi dari interaksi aktif bersama kelompoknya. Komunikasi yang dilakukan juga berkaitan dengan hal yang bersesuaian dengan permasalahan yang sedang dipecahkan dan dipelajari, serta dilakukan juga komunikasi yang dapat merefleksi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir pembelajaran.
2.3.3        Menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan.
Dalam memecahkan permasalahan, peserta didik berbagai cara untuk memperdalam dan memperluas pemahamannya. Dari hal keberagaman cara yang dilakukan oleh peserta didik, akan menggambarkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi ajar tersebut. Selain itu, ketika peserta didik mampu mengembangkan materi ajar, maka ia sudah menggambarkan tingkat penguasaan materi yang baik.
2.3.4        Menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh pengalaman yang bermakna.
Dari segala kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang berasal dari dunia nyata dan dekat dengan peserta didik, dimulai dari menyelesaikan masalah secara mandiri, melakukan berbagai komunikasi sehingga dapat memahami permasalahan secara utuh, maka pembelajaran akan terasa bermakna bagi peserta didik.
2.4     Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Eksploratif
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan pada pendekatan eksploratif.
2.4.1        Kelebihan Pendekatan Eksploratif
1)      Pada pendekatan ini siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2)      Pendekatan ini mudah untuk dikombinasikan dengan pendekatan yang lain.
3)      Terdapat interaksi antar siswa, sehingga menumbuhkan sifat kerjasama, menghargai pendapat dan bertanggung jawab.
4)      Dengan adanya media dan kombinasi dengan pendekatan yang lain, maka pembelajaran akan lebih efektif dan menarik minat siswa untuk belajar.
5)      Melalui percobaan, siswa dapat menambah pengalaman dan penguatan terhadap materi yang dipelajarinya, hal ini sejalan dengan filsafat cina yang sebelumnya sudah dibahas di atas.
2.4.2        Kekurangan Pendekatan Eksploratif
1)      Jika guru belum memahami berbagai jenis pendekatan, maka akan kesulitan dalam mengkombinasikannya.
2)      Menuntut fasilitas yang lengkap dalam pembelajaran, seperti laboratorium, studio, dan lapangan.

2.5     Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Eksploratif
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan eksploratif dapat dilakukan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Menurut Noorfaizin (2012), kegiatan yang perlu dilakukan guru diantaranya, dengan melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam mengenai topik atau tema dari materi yang akan dipelajari dari berbagai sumber artinya ketika pembelajaran berlangsung peserta didik tidak hanya sebagai penerima informasi tetapi peserta didik juga dilibatkan secara langsung dalam proses mencari informasinya. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran media pembelajaran, dan sumber lain, memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa serta siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam hal ini guru dapat menggabungkannya dengan pendekatan-pendekatan lain, karena pada umumnya hampir dalam semua pendekatan terdapat fase eksploratif dan guru dapat menggunakan berbagai media yang mendukung jalannya pembelajaran.
Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, memfasilitasi siswa untuk melakukan suatu percobaan di laboratorium, studio, ataupun lapangan. Dalam pendekatan eksploratif menekankan pada kegiatan investigasi atau mencari dan mengamati suatu informasi dari berbagai sumber. Selain itu, dalam kegiatan pembelajarannya guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing.
Noorfaizin (2012) mengemukakan beberapa kegiatan lain yang dapat dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan eksploratif diantaranya membaca materi, mendengar materi, berdiskusi materi atau masalah, mengamati demonstrasi, mengamati simulasi kasus, mengamati dua perbandingan (salah atau benar), mencoba melakukan kegiatan tertentu, membaca kasus (bedah kasus), talk show, melakukan wawancara dengan sumber tertentu (menggali informasi, observasi terhadap lingkungan, mencoba melakukan kompetensi dengan kemampuan awalnya, mencoba bereksperimen, bernyanyi (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas), dan bermain (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas).

2.6     Implementasi Pendekatan Eksploratif Dalam Pembelajaran Matematika di SD
Dalam pendekatan eksploratif memberikan kebebasan kepada siswa didalam memecahkan suatu permasalahan pembelajaran sesuai dengan kreatifitas yang siswa miliki. Siswa diharapkan dapat menggali dan memahami pembelajaran dengan pengetahuan yang dimilikinya, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi pembelajarannya tersebut. Selain siswa yang aktif dalam membangun pengetahuannya, guru pun harus terlibat aktif dalam mengarahkan pembelajaran dengan pendekatan eksploratif ini. Apabila guru akan menggunakan pendekatan eksploratif, maka harus mengetahui terlebih dahulu langkah-langkah di dalam penerapan pendekatan eksploratif. Adapun materi yang dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan eksploratif adalah materi penjumlahan bilangan asli. Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan ini adalah metode diskusi kelompok kecil dankelompok besar. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Pendekatan eksploratif ini diterapkan didalam kegiatan inti di dalam pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru melakukan apersepsi yaitu menanyakan berapa jumlah keluarga siswa. Setelah itu, siswa dibagi menjadi lima kelompok,setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Setelah itu, guru menjelaskan apa yang harus siswa kerjakan bersama teman satu kelompoknya. Selanjutnya, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. LKS tersebut berisi soal-soal yang harus siswa kerjakan sesuai dengan kreatifitas yang siswa miliki. Siswa diberikan waktu untuk memahami LKS tersebut. Setelah siswa paham, siswa diberikan waktu sebanyak 20 menit untuk mengerjakan LKS tersebut.
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS tersebut guru melakukan diskusi besar untuk mengetahui hasil dari diskusi. Setelah diskusi besar dilakukan guru memberikan umpan balik kepada siswa melalui pujian atau penghargaan kepada siswa. Selanjutnya, guru memberikan konfirmasi mengenai materi yang siswa diskusikan. Jika kegiatan inti sudah terpenuhi maka guru melakukan kegiatan akhir  berupa refleksi. Refleksi ini dilakukan bersama-sama antara siswa dan guru. Kesan-kesan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilalui dan menutup kegiatan pembelajaran.
Berikut contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan eksploratif.


LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok                   :
Anggota                      : 1.
  2.
  3.
  4.
Tanggal Kegiatan        :

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pemahaman anda!
1.      Nyatakan bilangan 18 sebagai jumlah dua atau lebih bilangan asli berurutan. Tuliskan dengan sebanyak-banyaknya cara.
2.      Nyatakan bilangan 210 sebagai jumlah dua atau lebih bilangan asli berurutan. Tuliskan dengan sebanyak-banyaknya cara.
3.      Tentukan sebuah bilangan di antara 10 dan 100 yang tidak dapat dituliskan sebagai jumlah dua atau lebih bilangan asli berurutan.

2.7     Hakikat Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI (Somatic Auditory Visualisation Intellectually) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digagas oleh Dave Meier pada tahun 2000 yang merupakan seorang pendidik, trainer, dan juga penggagas model accelerated learning. Pendekatan SAVI dapat dilakukan dengan beberapa cara atau disebut sebagai starting poin guru dalam melaksanakan pembelajaran, sesuai yang termaktub dalam Huda (2013, hlm. 284) diantaranya yaitu meliputi somatic yakni learning by doing, auditory sebagai learning by hearing, visual sebagai learning by seeing, dan intellectual sebagai learning by thinking. Dengan demikian pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran yang dilakukan memuat belajar untuk melakukan, belajar untuk mendengarkan, belajar untuk melihat dan belajar untuk berpikir. Sehingga pendekatan pembelajaran ini dapat memfasilitasi berbagai gaya belajar peserta didik.
Dalam pendekatan SAVI peserta didik dituntut agar belajar melalui tiga modalitas belajar. Tiga modalitas pembelajaran tersebut pertama kali dikembangkan oleh  Neil Fleming pada tahun 2001 untuk menunjukkan preferensi individu dalam proses belajarnya yakni visual, auditoris dan kinestetik (somatis). Ketiga modalitas tersebut biasa disebut sebagai gaya belajar peserta didik. Meskipun setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda namun setiap orang juga sebenarnya memiliki tiga modalitas tersebut dan dapat dikombinasikan. Hal tersebut selaras dengan pendapat De Porter (2000, hlm. 85) bahwa beberapa orang tidak cenderung pada satu modalitas saja, mereka bisa memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu untuk meningkatkan kemampuan belajar.
Menurut Dave Meier (dalam Naibaho, 2013) tidak hanya gaya belajar visual, auditorial, dan somatis tapi juga gaya belajar intelektual. Gaya belajar intelektual mengutamakan kecerdasannya untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan dan membangun suatu hubungan dan makna serta memecahkan masalah. Selain itu Dave Meier (dalam Naibaho, 2013) mengatakan bahwa “belajar dengan pendekatan SAVI dapat dikatakan Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) atau dapat juga dikatakan belajar dengan seluruh kepribadian”. Pembelajaran yang melibatkan aktivitas peserta didik secara langsung merupakan implementasi dari gaya belajar yang mengaktifkan siswa. Sanjaya (dalam Rusman, 2014, hlm. 390) mengemukakan bahwa pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, efektif dan psikomotor secara seimbang.
Belajar berdasar aktivitas sendiri secara tidak langsung merupakan salah satu belajar yang berlandaskan konstruktivisme dimana menekankan kepada peserta didik untuk berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman pembelajaran. Pembelajaran konstruktivisme yang mengutamakan aktivitas peserta didik lengkap dengan gaya belajarnya dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran lainnya. Karena sebenarnya jika gerak fisik, aktivitas intelektual serta penggunaan semua indera manusia digunakan secara gabungan dalam suatu pembelajaran maka dampaknya akan berpengaruh besar terhadap proses dan hasil pembelajaran. Pendekatan SAVI inilah yang menjadi solusi alternatif dari pencapaian tujuan efektivitas tersebut.
Pendapat lain yang menegaskan yakni menurut Carito, dkk (2013) pendekatan SAVI (Somatis Auditorial Visual Intellectual) yaitu pendekatan melibatkan seluruh indera, belajar dengan bergerak aktif secara fisik, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh atau pikiran tersebut terlibat dalam proses belajar. Pembelajaran tidak secara otomatis dengan menginstruksikan peserta didik bergerak secara langsung namun menggabungkan menggabungkan gerak fisik dengan intelektual dan optimalisasi semua indera yang dapat berpengaruh besar terhadap hasil pembelajaran. Dengan demikian pendekatan SAVI merupakan pendekatan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dengan mengutamakan aktivitas peserta didik meliputi gerak fisik, aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang digabungkan dalam suatu skenario pembelajaran.

2.8     Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI dalam pengembangannya berlandaskan pada beberapa teori belajar dan pembelajaran diantaranya yaitu teori belajar konstruktivisme teori accelerated learning, teori belajar multiple intelligences, dan teori belajar quantum teaching. Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan orang lain tinggal menerimanya, tetapi pengetahuan lebih diartikan sebagai suatu pembentukan kognitif oleh peserta didik terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Adapun beberapa teori lainnya dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
2.8.1.      Teori Accelerated Learning
Menurut Herdian (2009) teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan (holistik) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara yang berbeda. Mengaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
2.8.2.      Teori Belajar Multiple Intelligences
Teori belajar lain yang mendukung pendekatan pembelajaran SAVI. Teori belajar multiple intelligences. Menurut Gardner (dalam Fairuz, 2011) multiple intelligences meliputi:
1)      Kecerdasan spasial.
Kecerdasan spasial merupakan kecerdasan seseorang berdasarkan pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentrasnformasi dan memodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli.
2)      Kecerdasan jasmani kinestetik.
Kecerdasan jasmani kinestetik merupakan kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda, kemampuan tersebut merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Kemampuan ini akan mempengaruhi individu untuk cenderung mengekspresikan diri menggunakan gerakan-gerakan tubuh. Melalui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya.
3)      Kecerdasan musikal
Kemungkinan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.
Adapun pokok pikran teori multiple intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (dalam Siregar & Nara, 2010, hlm. 99) adalah manusia memiliki kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya, kecerdasan selain dapat berubah dapat juga diajarkan kepada orang lain, kecerdasan merupakan proses realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian yang berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia, pada tingkat tertentu kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh maknanya dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu. Seluruh macam kecerdasan manusia bekerja secara bersama-sama.
2.8.3.      Teori Belajar Quantum Learning.
Teori belajar lain yang mendukung pendekatan pembelajaran SAVI adalah teori belajar quantum learning. Menurut Kelana (2015) quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Teori tersebut didukung oleh pendapat De Porter (dalam Miratus, 2013) bukunya yang berjudul quantum learning, mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual (pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat), modalitas auditorial (pelajar auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar), dan modalitas kinestetik (pelajar kinestetik belajar lewat grak dan sentuhan).

2.9     Karakteristik Pendekatan SAVI
Sebagai pendekatan pembelajaran, pendekatan SAVI memiliki beberapa komponen pembentuk yang juga dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri khas dari pendekatan tersebut. Dave Meier (dalam Naibaho, 2013) menyatakan bahwa karaktersitik dari pendekatan SAVI meliputi somatis, auditori, visual, dan intelektual. Keempat hal tersebut merupakan komponen dari pendekatan SAVI dan pembentuk dari singkatan SAVI sendiri yakni Somatic, Auditory, Visualization and Intellectually. Lebih jelasnya keempat karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
2.9.1        Somatis (Somatic).
Karakteristik pertama yakni somatis dapat diartikan sebagai gerak tubuh. Somatis sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu soma yang berarti tubuh. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran maka somatis merupakan gaya belajar melalui gerak atau perbuatan dilakukan dengan memanfaatkan gerak tubuh diantaranya meliputi indera peraba, kinetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut selaras dengan pendapat Gusrayani (2014, hlm. 44) mengungkapkan bahwa informasi yang mudah diserap seorang mover adalah yang bisa melibatkan aktivitas tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya. Dengan demikian iklim kelas harus diciptakan secara aktif melibatkan peserta didik sehingga membuat siswa bangkit dari tempat duduk dan melakukan aktivitas dari waktu ke waktu. Gaya belajar somatis termasuk ke dalam gaya belajar kinestetik. Menurut Huda (2013, hlm. 288) seorang siswa yang cenderung kinestetik dapat dicirikan sebagai berikut ini.
1)      Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak gerak.
2)      Belajar sambil bekerja, menunjukkan tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik.
3)      Mengingat sambil berjalan dan melihat.
Dengan demikian seorang pembelajar kinestetik perlu difasilitasi oleh guru dengan memperhatikan karakteristik tersebut. Salah satu contoh memfasilitasi peserta didik somatis yaitu dengan menggunakan metode bermain peran, permainan dan lain sebagainya yang menggunakan aktivitas fisik. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk memfasilitasi siswa kinestetik seperti yang diungkapkan oleh De Porter, dkk. (2005, hlm. 86) sebagai berikut ini.
1)      Gunakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci.
2)      Ciptakan simulasi konsep agar siswa mengalaminya.
3)      Jika bekerja dengan siswa perseorangan berikan bimbingan paraleldengan dudik di sebelah mereka, bukan didepan atau dibelakang mereka.
4)      Cobalah berbicara dengan setiap siswa secara pribadi setiap hari, sekalipun hanya salam kepada para siswa saat mereka masuk atau ucapan “Ibu senang kamu berpartisipasi” saat keluar kelas.
5)      Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajarinya langkah demi langkah.
6)      Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar anda kepada siswa dan dorong mereka untuk melakukan hal sama.
7)      Izinkan mereka berjalan-jalan dikelas.
2.9.2        Auditori (Auditory)
Menurut Naibaho (2013) belajar auditori berarti belajar dengan melibatkan kemampuan auditorinya artinya belajar dengan berbicara dan mendengar. Modalitas auditoris mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat seperti musik, dialog internal dan suara lainnya. Huda (2013, hlm. 288) mengemukakan seorang siswa yang sangat auditoris dapat dicirikan sebagai berikut ini.
1)      Perhatiannya mudah terpecah.
2)      Berbicara dengan pola berirama.
3)      Belajar dengan cara mendengarkan.
4)      Berdialog secara internal dan eksternal.
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengakses segala bunyi dan kata baik yang diciptakan maupun yang diingat. Dengan demikian guru harus memfasilitasi peserta didik tersebut sesuai dengan karakteristiknya diantaranya yaitu menciptakan iklim kelas dengan metode diskusi atau lainnya. Menurut Aqib (2015, hlm. 107) metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Karena peserta didik auditoris lebih mudah belajar dengan cara berdiskusi dengan orang lain maka guru dapat melakukan beberapa hal diantaranya yaitu melaksanakan diskusi kelas atau debat, meminta siswa untuk presentasi, meminta siswa membaca teks dengan keras, meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara verbal dan melaksanakan belajar kelompok.
2.9.3        Visual (Visualization).
Belajar visual adalah belajar dengan melibatkan kemampuan visual atau penglihatan. Belajar visual dapat dilakukan dengan mengamati dan menggambarkan dengan alasan bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasu visual daripada indera lainnya. Dalam pembelajaran sebaiknya guru lebih banyak menitikberatkan pada peragaan atau media dan mengajak siswa melihat objek yang berkaitan dengan materi pelajaran. Salah satu contoh metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi gaya belajar visual yaitu metode demonstrasi. Menurut Majid (2015, hlm. 197) metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Seorang pelajar visual biasanya memiliki beberapa karakteristik tertentu diantaranya sebagai berikut ini.
1)      Teratur atau memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan.
2)      Mengingat dengan gambar dan lebih suka membaca dibanding membacakan.
3)      Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh untuk bisa menangkap detail atau mengingat apa yang dilihat.
2.9.4        Intelektual (Intellectually).
Belajar intelektual adalah belajar dengan memecahkan masalaha dan merenung. Menurut Meier (dalam Huda, 2013, hlm. 290) intelektual bukanlah pendekatan tanpa emosi, rasionalistis, akademis dan terkotak-kotak. Kata intelektual sendiri menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Dengan demikian belajar intelektual adalah bagian untuk merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Proses intelektualitas tentunya tidak berjalan dengan sendirinya melainkan dibantu oleh faktor mental, fisik, emosional dan intuitif. Sehingga hal tersebut merupakan sarana yang digunakan pikiran untuk merubah pengalaman menjadi pengetahuan kemudian pemahaman dan pemahaman tersebut dikonstruksi menjadi suatu kearifan.
Dari hal tersebut belajar intelektual mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan logis. Sehingga guru harus mengoptimalkan pembelajaran dengan memberikan kesempatan tanya jawab, curah pendapat atau gagasan dan kegiatan diskusi kelompok serta latihan soal. Menurut Meier (dalam Huda, 2013, hlm. 291) seorang guru harus berusaha mengajak siswa terlibat dalam aktivitas-aktivitas intelektual seperti memecahkan masalah, menganalisis pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan model mental, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan, menciptakan makna pribadi, dan meramalkan implikasi suatu gagasan.
Dari beberapa karakteristik pendekatan SAVI sebenarnya bukanlah merupakan suatu hal yang saling terpisahkan namun hal tersebut merupakan komponen pembangun yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat komponen tersebut harus ada dalam satu peristiwa pembelajaran agar belajar bisa optimal dan mendorong peserta didik untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan peserta didik dapat belajar sedikit ketika menyaksikan sebuah penjelasan (visual), tetapi peserta didik dapat belajar lebih banyak jika dapat melakukan sesuatu (somatis), membicarakan apa yang mereka pelajari (auditori) dan memikirkan cara mendapatkan informasi yang merekan dapat (intelektual). Penggabungan semua modalitas belajar peserta didik dalam satu peristiwa adalah inti karakteristik pendekatan SAVI atau pembelajaran multiindrawi.

2.10 Prinsip Pendekatan Pembelajaran SAVI
Prinsip pendekatan pembelajaran SAVI merupakan dasar berpikir dan bertindak yang benar dalam pembelajaran SAVI. Pemahaman akan prinsip-prinsip pembelajaran SAVI harus dikuasai oleh seorang guru yang hendak menggunakan pendekatan pembelajaran ini. Pemahaman terhadap prinsip juga tentunya agar guru ketika hendak mengemplementasikan pada proses pembelajaran tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Meier (dalam Miratus, 2013) mengungkapkan beberapa prinsip pokok dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI diantaranya yaitu sebagai berikut.
2.10.1    Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
2.10.2    Belajar adalah berkreasi bukan mengkonsumsi.
2.10.3    Kerjasama membantu proses belajar.
2.10.4    Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
2.10.5    Belajara berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
2.10.6    Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
2.10.7    Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
           
2.11 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan layaknya pendekatan lainnya. Adapun beberapa keunggulan dari pendekatan SAVI diantaranya dapat dijabarkan sebagai berikut.
2.11.1.  Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual.
2.11.2.  Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif.
2.11.3.  Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa.
2.11.4.  Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori, dan intelektual.
Dengan melihat hal tersebut maka banyak sekali keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan SAVI. Jika melihat karakteristik pendekatan SAVI masih banyak sekali keunggulan yang tersirat diantaranya yakni peserta didik tidak akan mudah lupa terhadap makna pembelajaran, peserta didik tidak akan cepat bosan karena iklim pembelajaran yang menarik, memupuk kerjasama siswa, melatih siswa dlam berpikir dan mengemukakan pendapat serta menjelaskan jawaban, merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar siswa. Namun dibalik hal tersebut pendidik perlu memahami beberapa kelemahan yang dimiliki oleh pendekatan SAVI agar dapat menanggulangi kekurangan dalam implementasi pendekatan SAVI. Adapun beberapa kekurangan dari pendekatan SAVI diantaranya yaitu sebagai berikut ini.
2.11.1.  Pendekatan SAVI membutuhkan guru yang sempurna dalam memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.
2.11.2.  Penerapan pendekatan SAVI membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang lumayan besar. Apalagi sampai membutuhkan pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik.
2.11.3.  Memerlukan pembiasaan peserta didik yang aktif dan mandiri dalam memberikan gagasannya.
2.11.4.  Membutuhkan waktu yang lama.
2.11.5.  Membutuhkan beberapa tindakan situasional yang menjadikan perubahan dengan tujuan kesesuaian dengan situasi pembelajaran.
2.11.6.  Adanya rasa tidak percaya diri dan putus asa bagi beberapa siswa yang pasif dan tingkat kecerdasan yang kurang.
2.11.7.  Pendekatan SAVI tidak bisa diimplementasikan pada semua materi pembelajaran matematika.

2.12 Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran SAVI
Menurut Meier (dalam Carito, dkk. 2013) pembelajaran SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan baik jika empat tahap berikut dilaksanakan dengan baik. Adapun beberapa tahapan yang dimaksud diantaranya yitu tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan dan tahap penampilan hasil. Keempat langkah-langkah pendekatan pembelajaran SAVI tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
2.12.1    Tahap persiapan yaitu tahap awal yang dilakukan dalam pendekatan pembelajaran SAVI dan tidak jauh berbeda dengan tahap persiapan atau pendahuluan dalam pendekatan pembelajaran lain. Tahap persiapan ini dilakukan dengan cara guru membangkitkan minat peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu guru memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan dipelajari serta menempatkan peserta didik dalam situasi optimal dalam pembelajaran. Hal yang tidak boleh dilupakan dalam tahap persiapan salah satunya yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.12.2    Tahap penyampaian yaitu suatu kegiatan eksplorasi peserta didik terhadap pembelajaran dimana guru membantu peserta didik untuk menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan dan relevan. Dalam hal tersebut guru juga mendesain tahap kegiatan eksplorasi ini dengan melibatkan semua panca indera yang dimiliki oleh peserta didik dan cocok untuk semua gaya belajar atau modalitas peserta didik sesuai dengan karakteristik pendekatan SAVI itu sendiri.
2.12.3    Tahap pelatihan yaitu suatu aktivitas peserta didik dalam mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Guru berperan sebagai fasilitator dan  motivator dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik. pada tahap ini dapat dilakukan dengan mengimplementasikan beberapa metode diantaranya yaitu tanya jawab, diskusi, simulasi, permainan dan lain sebagainya.
2.12.4    Tahap penampilan hasil yaitu suatu tahap dimana peserta didik menerapkan dan memperluas suatu konsep pengetahuan serta keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Tahap penampilan hasil juga meliputi kegiatan penguatan terhadap materi pembelajaran, kegiatan refleksi dan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik.

2.13 Implementasi Pendekatan SAVI pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Dalam implementasi pendekatan SAVI pada pembelajaran matematika di sekolah dasar guru sebelumnya harus mengetahui baik secara konseptual maupun prosedural pendekatan SAVI. Dengan demikian guru diharapkan dapat menyesuaikan pendekatan SAVI ini ke dalam materi pembelajaran yang akan diajarkan. Pada implementasinya guru harus mempehatikan beberapa langkah dari pendekatan pembelajaran SAVI diantaranya pertama kali guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran dilanjutkan dengan materi yang akan dipelajari. Peserta didik dikondisikan agar menyimak dengan baik apa yang dijelaskan oleh guru. Kemudian guru dapat mengkondisikan peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil hal tersebut dilakukan agar kinerja dari peserta didik mudah dikontrol. Pada tahap penyampaian peserta didik dikondisikan untuk mengeksplorasi suatu konsep materi pembelajaran baik melalui bimbingan langsung ataupun secara tidak langsung seperti melalui lembar kerja siswa.
Bimbingan langsung ataupun lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru harus didesain memenuhi keempat komponen pembentuk dari pembelajaran SAVI diantaranya yaitu kegiatan somatis, kegiatan auditori, visual dan intelektual. dengan demikian seluruh panca indera dan modalitas peserta didik dikerahkan dalam pembelajaran matematika. Selain itu kegiatan pembelajaran juga ditujukan untuk menciptakan kreativitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan sehingga peserta didik pada akhirnya bisa menciptakan suatu produk atau hasil kerja dari pembelajaran yang kemudian hasil kerja tersebut dipresentasikan di depan kelas secara bergantian. Penilaian pembelajaran SAVI dapat dilakukan seperti penilaian pendekatan pembelajaran lainnya yakni didasarkan atas penilaian proses dan penilaian hasil atau produk.














BAB III
PENUTUP

3.1     Simpulan
Pendekatan pembelajaran eksploratif merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana guru melibatkan peserta didik dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman, mengelola informasi, memfasilitasi peserta didik dalam berinteraksi sehingga peserta didik aktif, mendorong peserta didik mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan di laboratorium (Johari, 2013). Adapun landasan teori yang melandasi pendekatan eksploratif diantaranya konstruktivisme guru menekankan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi atau membangun pengetahuan mereka sendiri, inkuiri dalam hal ini peserta didik harus aktif dalam proses penemuan serta mengembangkan keaktifan ketika memecahkan suatu permasalahan, dan problem solving peserta didik harus mampu mengatasi suatu permasalahan yang kemungkinan akan dihadapi olehnya di masa depan.
Dalam pendekatan eksploratif juga memiliki karakteristik yang membedakan dari pendekatan lainnya menurut Ramlan dan Arie (2011) meliputi mengutamakan langkah-langkah eksploratif, menekankan proses komonikasi yang interaktif, adaptif, dan reflektif, menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan, dan menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh pengalaman yang bermakna. Dari setiap pendekatan pun ada kelebihan dan kekurangannya salahsatunya peserta didik secara aktif harus terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan jika guru belum memahami berbagai jenis pendekatan, maka akan kesulitan dalam mengkombinasikannya.
Tidak hanya pendekatan eksploratif saja dalam makalah ini pun membahas pendekatan SAVI yang merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran yang dilakukan memuat belajar untuk melakukan, belajar untuk mendengarkan, belajar untuk melihat dan belajar untuk berpikir. Sehingga pendekatan pembelajaran ini dapat memfasilitasi berbagai gaya belajar peserta didik. Teori yang digunakan dalam pendekatan SAVI diantaranya teori Accelerated Learning, teori belajar Multiple Intelligences, dan teori belajar Quantum Learning.

3.2     Saran
Dalam proses pembelajaran hal yang paling berperan adalah cara guru mengajar atau menyampaikan pelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan minat peserta didik untuk menyukai pelajaran matematika. Pemilihan pendekatan, strategi, dan metode yang kurang efektif dan efisien menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Dengan demikian untuk mengatasi hal tersebut guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan melibatkan peserta didik secara aktif dan efektif dalam proses belajar mengajar. Dalam implementasi pendekatan eksploratif dan SAVI, guru perlu mengetahui baik secara konseptual maupun procedural pendekatan tersebut agar guru mampu mengatasi kesalahan baik metodologis maupun manajerial pembelajaran.











DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. (2015). Model-model, media, dan strategi pembelajaran konstektual (inovatif). Edisi Kelima. Bandung: Yrama Widya.
Carito, R., Kuswadi. & Chumdari (2013). Penerapan pendekatan SAVI (somatic auditorial visual intelektual) untuk meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran matematika volume bangun ruang. [Online]. Diakses dari:  https://eprints.uns.ac.id/11450/1/960-2611-1-PB.pdf
De Porter, B., Reardon, M. & Sarah, S.N. (2000). Quantum teaching. Bandung: Mizan Media Utama.
Fairuz. (2011). Teori belajar multiple intelligences. [Online]. Diakses dari: https://fairuzelsaid.wordpress.com/2011/12/teori-belajar-intelligence.html
Fatcul, Arief. (2011). Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi. [Online]. Diakses dari: http://rif67.blogspot.com/2011/08/eksplorasi-elaborasi-konfirmasi.html.
Gusrayani, D. (2014). Teaching English to young learners. Sumedang: Tidak diterbitkan.
Herdian. (2009). Model pembelajaran SAVI. [Online]. Diakses dari: https://googleweblight.com/?lite_url=https://mbahnur.wordpress.com/2010/02/17/pendekatan-savi.html.
Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran: Isu-isu metodis dan paradigmatis. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Karlimah, dkk. (2010). Pengembangan kemampuan proses matematika siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan tidak langsung di Sekolah Dasar. [Online]. Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/KD-TASIKMALAYA/DINDIN ABDUL MUIZ LIDINILAH (KD-TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Pembelajaran%20Matematika%20Tidak%20Langsung%20dan%20Kemampuan%20Proses%20Matematika.pdf.
Kelana, J.B. (2015). Pendekatan eksploratif dan RPPnya. [Online]. Diakses dari : http://bayulikids.blogspot.co.id/2015/06/pendekatan-eksploratif-dan-rppnya.html.
Latifah, F. (2013). Menumbuhkan keyakinan posistif siswa sekolah dasar melalui pendekatan eksploratif dalam pembelajaran matematika. [Online]. Tersedia di: https://www.academia.edu/4493526/MPM_EKSPLORATIF.
Majid, A. (2015). Strategi pembelajaran. Cetakan keempat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Miratus, D. (2013). Makalah model pembelajaran SAVI. [Online]. Diakses dari: http://dyamiratus.blogspot.co.id/2013/03/makalah-model-pembelajaran-savi.html.
Naibaho, A. (2013). Pendekatan SAVI. [Online]. Diakses dari: http://agusjnaibaho.blogspot.co.id/2013/08/pendekatan-savi.html
Noorfaizin. (2012). Pendekatan pembelajaran eksploratif. [Online] Diakses dari: http://noorfaizin.wordpress.com/2012/02/26/kegiatan-inti-pembelajaran/.
Ramlan dan Arie. (2011). Pembelajaran dengan eksploratif, elaborasi, konfirmasi. [Online]. Diakses dari: http://ramnlanarie.blogspot.com /2011/07/pembelajaran-dengan-eksploratif.html.
Rusman. (2014). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suparno, Paul. (2008). Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Yulianto, Toto. (2013). Metode inkuiri metode pembelajaran. [Online]. Diakses dari: http://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/02/metode-inkuiri-i-metode-pembelajaran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GOALS KOGNITIF (PEMAHAMAN, PENALARAN, KOMUNIKASI, KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS)

GOALS KOGNITIF (PEMAHAMAN, PENALARAN, KOMUNIKASI, KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS) MAKALAH Diajukan untuk m emenuhi s ...