PENDEKATAN
EKSPLORATIF DAN PENDEKATAN SAVI
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi
salah
satu
tugas
matakuliah Model Pembelajaran Matematika pada semester genap
tahun akademik 2015/2016
dengan dosen pembimbing Maulana,
M.Pd.
Disusun
oleh :
Kelompok 1
Semester 6 Kelas 3D
1.
Trisna
Nugraha (No. Absen/NIM : 47 / 1307502)
2.
Annisa
Listiorini (No. Absen/NIM : 13 / 1306136)
3.
Tera
Lawina Darajat (No. Absen/NIM : 31 / 1306522)
4.
Maharani
Larasati P. (No. Absen/NIM : 46 / 1307346)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT. Karena berkat-Nya lah penyusun mampu menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw, para keluarganya, sahabatnya,
tabiuttabiinnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin ya rabbal alamin.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah Model-Model Pembelajaran Matematika. Penulisan ini ini
bertujuan sebagai sumber informasi mengenai “Pendekatan Eksploratif dan
Pendekatan SAVI” dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Ucapan terimakasih kepada Bapak Maulana, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Model-model Pembelajaran Matematika yang senantiasa
memberikan bimbingan dan ilmunya serta memberikan tugas untuk belajar secara
kooperatif. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari
segi materi, tata bahasa, penulisan kalimat, maupun kajian teori. Oleh karena
itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami dapat
memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami
khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Sumedang, 6
April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah...................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................
2
1.3 Tujuan
Pembahasan..........................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pendekatan Eksploratif.................................................. 4
2.2 Landasan
Teori Pendekatan Eksploratif.......................................... 5
2.3 Karakteristik
Pendekatan Pembelajaran Eksploratif........................ 6
2.4 Kelebihan
dan Kekurangan Pendekatan Eksploratif.......................
8
2.5 Tahapan
atau Langkah-langkah Pendekatan Eksploratif.................
8
2.6 Implementasi
Pendekatan Eksploratif..............................................
9
2.7 Hakikat
Pendekatan SAVI..............................................................
11
2.8 Landasan
Teori Pendekatan SAVI..................................................
13
2.9 Karakteristik
Pendekatan SAVI...................................................... 15
2.10 Prinsip
Pendekatan Pembelajaran SAVI.......................................... 19
2.11 Kelebihan
dan Kekurangan Pendekatan SAVI...............................
20
2.12 Langkah-langkah
Pendekatan Pembelajaran SAVI......................... 21
2.13 Implementasi
Pendekatan SAVI pada Pembelajaran Matematika
di Sekolah Dasar.............................................................................. 22
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan...........................................................................................
24
3.2 Saran.................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses
interaksi terhadap situasi dan lingkungan yang berada di sekitar individu.
Belajar sendiri dilakukan agar terjadi perubahan perilaku sebagai tujuan dan
proses berbuat melalui pengalaman. Dari hal tersebut terbentuk suatu konsep
yakni pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang pelaku yakni pendidik dan
peserta didik. perilaku pendidik biasa disebut dengan mengajar sedangkan
perilaku atau kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik biasa disebut dengan
belajar. Kedua kegiatan tersebut baik mengajar maupun belajar sangat berkaitan
dengan pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik. Hubungan antara
pendidik dengan peserta didik harus bersifat dinamis dan syarat dengan makna
edukasi.
Pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi
antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara sadar dan dilakukan
dengan tujuan peserta didik dapat memahami konteks metamatika yang diajarkan.
Pembelajaran matematika sendiri tidak terlepas dari suatu pandangan pembelajaran
yang bersifat dinamis dan syarat dengan makna edukasi. Oleh karena itu
penggunaan pendekatan pembelajaran harus mampu meningkatkan keaktifan peserta
didik agar terdapat perubahan pada diri peserta didik dalam kegiatan belajar,
sehingga pendekatan harus dirancang dengan baik agar pembelajaran dapat
mencapai hasil yang optimal.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal tentunya
memerlukan penyesuaian dengan paradigma pendidikan saat ini. Adapun paradigma
pembelajaran matematika kini berada pada paradigma konstruktivisme. Dalam
paradigma konstruktivisme peserta didik dituntut terlibat secara aktif dalam
mengonstruksi pengetahuan. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran matematika
yang efektif dan efisien serta tidak memperlakukan matematika sebagai kumpulan
konsep dan prosedur yang terisolasi melainkan sebagai hubungan antar konsep,
ide matematika dan aplikasinya. Dalam menyikapi beberapa hal tersebut tentu
diperlukan inovasi dan variasi pembelajaran dari guru sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara optimal. Hal itu dapat diatasi oleh guru melalui
pemilihan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan materi ajar dan mampu
membangkitkan pembelajaran kontruktivisme. Salah satu pendekatan pembelajaran
yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme tersebut yaitu pendekatan eksploratif
dan pendekatan SAVI.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pemaparan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan
masalah yaitu sebagai berikut ini.
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan pendekatan eksploratif dalam
pembelajaran matematika?
1.2.2
Apa yang menjadi landasan teori dari pendekatan pembelajaran
eksploratif?
1.2.3
Bagaimana karakteristik dari pendekatan pembelajaran eksploratif?
1.2.4
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran
eksploratif?
1.2.5
Bagaimana tahapan atau langkah-langkah pembelajaran dari
pendekatan pembelajaran eksploratif?
1.2.6
Bagaimana implementasi dari pendekatan pembelajaran eksploratif
dalam pembelajaran matematika di SD?
1.2.7
Bagaimana hakikat dari pendekatan SAVI dalam pembelajaran
matematika?
1.2.8
Apa yang menjadi landasan teori dari pendekatan pembelajaran
SAVI?
1.2.9
Bagaimana karakteristik dari pendekatan pembelajaran SAVI?
1.2.10 Bagaimana prinsip-prinsip dalam
pendekatan SAVI?
1.2.11 Apa saja kelebihan dan kekurangan
dari pendekatan SAVI?
1.2.12 Bagaimana tahapan atau
langkah-langkah pembelajaran SAVI?
1.2.13 Bagaimana implementasi dari
pendekatan SAVI pada pembelajaran matematika di sekolah dasar?
1.3
Tujuan
Pembahasan
Adapun
beberapa tujuan yang dapat diketahui di dalam penulisan makalah ini di
antaranya sebagai berikut.
1.3.1
Untuk mengetahui serta memahami pengertian dari pendekatan
pembelajaran eksploratif dalam pembelajaran matematika.
1.3.2
Untuk memberikan gambaran informasi mengenai landasan teori
dari pendekatan pembelajaran eksploratif.
1.3.3
Untuk memberikan informasi mengenai karakteristik pendekatan
pembelajaran eksploratif.
1.3.4
Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai kelebihan
dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran eksploratif.
1.3.5
Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai langkah-langkah
dari pendekatan pembelajaran eksploratif.
1.3.6
Untuk memberikan gambaran serta informasi mengenai implementasi
dari pendekatan pembelajaran eksploratif dalam pembelajaran matematika di SD.
1.3.7
Untuk
memberikan informasi mengenai hakikat pendekatan SAVI.
1.3.8
Untuk
memberikan informasi mengenai landasan teori dari pendekatan pembelajaran SAVI.
1.3.9
Untuk
memberikan gambaran informasi mengenai karakteristik pendekatan pembelajaran
SAVI.
1.3.10 Untuk memberikan informasi prinsip dari
pendekatan SAVI.
1.3.11 Untuk memberikan gambaran serta informasi
mengenai kelebihan dan kelemahan dari pendekatan pembelajaran SAVI.
1.3.12 Untuk memberikan gambaran serta informasi
mengenai tahapan atau langkah-langkah pendekatan pembelajaran SAVI.
1.3.13 Untuk memberikan gambaran serta informasi
mengenai implementasi pendekatan SAVI pada pembelajaran matematika di sekolah
dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Pendekatan Eksploratif
Pada dasarnya pembelajaran akan menyenangkan dan
berhasil jika guru merencanakan segala sesuatunya dengan baik, seperti
pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, metode, sumber yang akan digunakan,
media pembelajaran dan lain-lain. Salah satu yang harus dipikirkan oleh guru
dalam menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah pendekatan
pembelajaran apa yang ingin digunakan untuk mendukung kegiatan
belajar-mengajar. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
salahsatunya adalah pendekatan eksploratif.
Menurut KBBI “Eksplorasi adalah kegiatan untuk
memperoleh pengalaman baru dan situasi yang baru”. Adapun menurut Wikipedia
“Eksplorasi adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan
menemukan sesuatu. Dalam hal ini, eksplorasi adalah usaha untuk membentuk pengertian
umum dan awal terhadap suatu fenomena.
Johari (2013), mengemukakan bahwa pendekatan eksploratif merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana guru melibatkan
peserta didik dalam mencari dan
menghimpun informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman, mengelola informasi,
memfasilitasi peserta didik dalam berinteraksi sehingga peserta didik aktif, mendorong peserta didik
mengamati berbagai gejala, menangkap
tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan di labolatorium.
Sedangkan menurut Fatcul (2011) mengemukakan bahwa, eksploratif merupakan
proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Dan pendekatan
eksploratif ini memiliki kesamaan dengan pendekatan investigasi. Selain
kesamaan terdapat pula perbedaannya, seiring dengan pendapatnya Cifarelli &
Cai (Karlimah, dkk., 2010) yang menyatakan bahwa.
“Investigasi matematika lebih
banyak digunakan oleh peneliti berkaitan dengan penggunaan strategi formal
dalam aktivitas mencari solusi masalah seperti penggunaan berbagai metode
ilmiah dalam 8 aktivitas penalaran. Sedangkan eksplorasi matematika menunjukkan
pada suatu aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan strategi formal dan tidak
formal untuk mencari suatu solusi masalah. Baik investigasi maupun eksplorasi
matematika merupakan bentuk khusus dari kegiatan pemecahan masalah.”
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa pendekatan eksploratif adalah suatu pendekatan yang
memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas dalam
memecahkan suatu permasalahan dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya.
2.2
Landasan
Teori Pendekatan Eksploratif
Pendekatan eksploratif ini didukung oleh beberapa
teori yang melandasinya, diantarannya sebagai berikut.
2.2.1
Constructivism.
Teori
konstruktivisme merupakan salahsatu teori yang melandasi adanya pendekatan
eksploratif. Suparno (2008) mengemukakan bahwa, “Konstruktivisme adalah suatu
filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari
konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia mengkonstruksi
pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman
dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu
dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai.”
Dengan kata lain, kontruktivisme merupakan salahsatu
pendukung munculnya pendekatan eksploratif, yang menekankan bahwa belajar itu
tidak hanya sekedar dihafal, dipahami dan diingat, tetapi merupakan suatu
proses belajar mengajar yang dimana siswa diajak untuk membangun pengetahuannya
sendiri.
2.2.2
Inquiri
Inquiri yang berarti suatu
proses menemukan. Yulianto (2013) mengatakan bahwa, “Metode inkuiri adalah
metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses
penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri, serta mengembangkan
keaktifan dalam memecahkan masalah”. Inquiri
juga mementingkan aspek sistematis dalam proses berpikir dalam memecahkan suatu
permasalahan yang ada.
2.2.3
Problem Solving.
Pemecahan masalah
atau problem solving merupakan suatu
landasan teori yang banyak dibahas di beberapa model pembelajaran ataupun
pendekatan pembelajaran. Soedjadi (Karlimah, dkk., 2010) menyatakan
bahwa,“Melalui pelajaran matematika diharapkan dan dapat ditumbuhkan
kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang
diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan. Kemampuan tersebut
diantaranya adalah kemampuan memecahkan masalah”.
2.3
Karakteristik
Pendekatan Pembelajaran Eksploratif
Dari semua
pendekatan yang digunakan oleh seorang guru pada saat proses pembelajaran
tentunya memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan antara pendekatan
satu dengan pendekatan yang lainnya, termasuk pendekatan eksploratif. Menurut
Ramlan dan Arie (2011), karateristik yang dimiliki oleh pendekatan eksploratif
yaitu sebagai berikut.
2.3.1
Mengutamakan langkah-langkah eksploratif.
Dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan eksploratif terdapat
kegiatan-kegiatan eksploratif berupa menginvestigasi sesuatu berdasarkan
pengalaman atau pengetahuan awal, kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan
baru yang akan diperolehnya. Informasi baru yang ditemukan tersebut kemudian
didiskusikan bersama teman sekelompok untuk didapatkan perluasan materi atau
informasi, dan guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan dapat
mengajukan pertanyaan yang bisa membuat peserta didik lebih kritis dalam
berpikir dan kreatif.
2.3.2
Menekankan proses komunikasi yang interaktif, adaptif, dan reflektif
Ketika proses
pembelajaran berlangsung harus terjadi komunikasi yang interaktif antara guru
dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik. Peserta didik tidak hanya
menerima ilmu dari guru, tetapi juga mendapatkan informasi dari interaksi aktif
bersama kelompoknya. Komunikasi yang dilakukan juga berkaitan dengan hal yang
bersesuaian dengan permasalahan yang sedang dipecahkan dan dipelajari, serta
dilakukan juga komunikasi yang dapat merefleksi seluruh kegiatan dari awal
sampai akhir pembelajaran.
2.3.3
Menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan.
Dalam
memecahkan permasalahan, peserta didik berbagai cara untuk memperdalam dan
memperluas pemahamannya. Dari hal keberagaman cara yang dilakukan oleh peserta
didik, akan menggambarkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi ajar
tersebut. Selain itu, ketika peserta didik mampu mengembangkan materi ajar,
maka ia sudah menggambarkan tingkat penguasaan materi yang baik.
2.3.4
Menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan
menyelesaikan tugas sehingga memperoleh pengalaman yang bermakna.
Dari segala
kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang
berasal dari dunia nyata dan dekat dengan peserta didik, dimulai dari
menyelesaikan masalah secara mandiri, melakukan berbagai komunikasi sehingga
dapat memahami permasalahan secara utuh, maka pembelajaran akan terasa bermakna
bagi peserta didik.
2.4
Kelebihan
dan Kekurangan Pendekatan Eksploratif
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan
pada pendekatan eksploratif.
2.4.1
Kelebihan
Pendekatan Eksploratif
1)
Pada
pendekatan ini siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
2)
Pendekatan
ini mudah untuk dikombinasikan dengan pendekatan yang lain.
3)
Terdapat
interaksi antar siswa, sehingga menumbuhkan sifat kerjasama, menghargai
pendapat dan bertanggung jawab.
4)
Dengan
adanya media dan kombinasi dengan pendekatan yang lain, maka pembelajaran akan
lebih efektif dan menarik minat siswa untuk belajar.
5)
Melalui
percobaan, siswa dapat menambah pengalaman dan penguatan terhadap materi yang
dipelajarinya, hal ini sejalan dengan filsafat cina yang sebelumnya sudah
dibahas di atas.
2.4.2
Kekurangan
Pendekatan Eksploratif
1)
Jika
guru belum memahami berbagai jenis pendekatan, maka akan kesulitan dalam
mengkombinasikannya.
2)
Menuntut
fasilitas yang lengkap dalam pembelajaran, seperti laboratorium, studio, dan
lapangan.
2.5
Langkah-langkah
Pendekatan Pembelajaran Eksploratif
Proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan eksploratif dapat dilakukan melalui langkah-langkah pembelajaran
yang sistematis. Menurut Noorfaizin (2012), kegiatan yang perlu dilakukan guru
diantaranya, dengan melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam mengenai topik atau tema dari materi yang akan dipelajari dari berbagai
sumber artinya ketika pembelajaran berlangsung peserta didik tidak hanya
sebagai penerima informasi tetapi peserta didik juga dilibatkan secara langsung
dalam proses mencari informasinya. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran
media pembelajaran, dan sumber lain, memfasilitasi terjadinya interaksi
antarsiswa serta siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam hal ini guru dapat menggabungkannya dengan pendekatan-pendekatan lain,
karena pada umumnya hampir dalam semua pendekatan terdapat fase eksploratif dan
guru dapat menggunakan berbagai media yang mendukung jalannya pembelajaran.
Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran, memfasilitasi siswa untuk melakukan suatu percobaan di
laboratorium, studio, ataupun lapangan. Dalam pendekatan eksploratif menekankan pada
kegiatan investigasi atau mencari dan mengamati suatu informasi dari berbagai
sumber. Selain itu, dalam kegiatan pembelajarannya guru berperan sebagai
fasilitator atau pembimbing.
Noorfaizin (2012) mengemukakan beberapa
kegiatan lain yang dapat dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan eksploratif diantaranya membaca materi, mendengar
materi, berdiskusi materi atau masalah, mengamati demonstrasi, mengamati
simulasi kasus, mengamati dua perbandingan (salah atau benar), mencoba
melakukan kegiatan tertentu, membaca kasus (bedah kasus), talk show,
melakukan wawancara dengan sumber tertentu (menggali informasi, observasi
terhadap lingkungan, mencoba melakukan kompetensi dengan kemampuan awalnya,
mencoba bereksperimen, bernyanyi (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas),
dan bermain (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas).
2.6
Implementasi
Pendekatan Eksploratif Dalam Pembelajaran Matematika di SD
Dalam pendekatan eksploratif memberikan
kebebasan kepada siswa didalam memecahkan suatu permasalahan pembelajaran
sesuai dengan kreatifitas yang siswa miliki. Siswa diharapkan dapat menggali
dan memahami pembelajaran dengan pengetahuan yang dimilikinya, guru memberikan
kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi pembelajarannya tersebut. Selain
siswa yang aktif dalam membangun pengetahuannya, guru pun harus terlibat aktif
dalam mengarahkan pembelajaran dengan pendekatan eksploratif ini. Apabila
guru akan menggunakan pendekatan eksploratif, maka harus mengetahui
terlebih dahulu langkah-langkah di dalam penerapan pendekatan eksploratif.
Adapun materi yang dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan eksploratif
adalah materi penjumlahan bilangan asli. Metode yang dapat digunakan dalam
pendekatan ini adalah metode diskusi kelompok kecil dankelompok besar. Kegiatan
pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir.
Pendekatan eksploratif ini diterapkan didalam kegiatan inti di dalam
pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru melakukan apersepsi yaitu
menanyakan berapa jumlah keluarga siswa. Setelah itu, siswa dibagi menjadi
lima kelompok,setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Setelah itu, guru
menjelaskan apa yang harus siswa kerjakan bersama teman satu kelompoknya.
Selanjutnya, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. LKS tersebut berisi
soal-soal yang harus siswa kerjakan sesuai dengan kreatifitas yang siswa
miliki. Siswa diberikan waktu untuk memahami LKS tersebut. Setelah siswa paham,
siswa diberikan waktu sebanyak 20 menit untuk mengerjakan LKS tersebut.
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS tersebut guru melakukan diskusi besar
untuk mengetahui hasil dari diskusi. Setelah diskusi besar dilakukan guru
memberikan umpan balik kepada siswa melalui pujian atau penghargaan kepada
siswa. Selanjutnya, guru memberikan konfirmasi mengenai materi yang siswa
diskusikan. Jika kegiatan inti sudah terpenuhi maka guru melakukan kegiatan
akhir berupa refleksi. Refleksi ini dilakukan bersama-sama antara
siswa dan guru. Kesan-kesan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilalui dan
menutup kegiatan pembelajaran.
Berikut contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses pembelajaran menggunakan
pendekatan eksploratif.
LEMBAR KERJA
SISWA
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
Tanggal
Kegiatan :
Jawablah
pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pemahaman anda!
1.
Nyatakan bilangan 18 sebagai jumlah
dua atau lebih bilangan asli berurutan. Tuliskan dengan sebanyak-banyaknya
cara.
2.
Nyatakan bilangan 210 sebagai jumlah
dua atau lebih bilangan asli berurutan. Tuliskan dengan sebanyak-banyaknya
cara.
3.
Tentukan sebuah bilangan di antara
10 dan 100 yang tidak dapat dituliskan sebagai jumlah dua atau lebih bilangan
asli berurutan.
2.7
Hakikat
Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI (Somatic
Auditory Visualisation Intellectually) merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang digagas oleh Dave Meier pada tahun 2000 yang merupakan seorang
pendidik, trainer, dan juga penggagas
model accelerated learning. Pendekatan
SAVI dapat dilakukan dengan beberapa cara atau disebut sebagai starting poin guru dalam melaksanakan
pembelajaran, sesuai yang termaktub dalam Huda (2013, hlm. 284) diantaranya
yaitu meliputi somatic yakni learning by doing, auditory sebagai learning by hearing, visual sebagai learning by seeing, dan intellectual sebagai learning by thinking. Dengan demikian
pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran
yang dilakukan memuat belajar untuk melakukan, belajar untuk mendengarkan,
belajar untuk melihat dan belajar untuk berpikir. Sehingga pendekatan
pembelajaran ini dapat memfasilitasi berbagai gaya belajar peserta didik.
Dalam pendekatan SAVI peserta didik dituntut agar
belajar melalui tiga modalitas belajar. Tiga modalitas pembelajaran tersebut
pertama kali dikembangkan oleh Neil
Fleming pada tahun 2001 untuk menunjukkan preferensi individu dalam proses
belajarnya yakni visual, auditoris dan kinestetik (somatis). Ketiga modalitas
tersebut biasa disebut sebagai gaya belajar peserta didik. Meskipun setiap
orang memiliki gaya belajar yang berbeda namun setiap orang juga sebenarnya
memiliki tiga modalitas tersebut dan dapat dikombinasikan. Hal tersebut selaras
dengan pendapat De Porter (2000, hlm. 85) bahwa beberapa orang tidak cenderung
pada satu modalitas saja, mereka bisa memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu
untuk meningkatkan kemampuan belajar.
Menurut Dave Meier (dalam
Naibaho, 2013) tidak hanya gaya belajar visual, auditorial, dan somatis tapi
juga gaya belajar intelektual. Gaya belajar intelektual mengutamakan
kecerdasannya untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan dan membangun
suatu hubungan dan makna serta memecahkan masalah. Selain itu Dave Meier (dalam
Naibaho, 2013) mengatakan bahwa “belajar dengan pendekatan SAVI dapat dikatakan
Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) atau dapat juga dikatakan belajar dengan
seluruh kepribadian”. Pembelajaran yang melibatkan aktivitas peserta didik
secara langsung merupakan implementasi dari gaya belajar yang mengaktifkan
siswa. Sanjaya (dalam Rusman, 2014, hlm. 390) mengemukakan bahwa pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, efektif dan
psikomotor secara seimbang.
Belajar berdasar aktivitas
sendiri secara tidak langsung merupakan salah satu belajar yang berlandaskan
konstruktivisme dimana menekankan kepada peserta didik untuk berperan aktif
dalam mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman pembelajaran. Pembelajaran
konstruktivisme yang mengutamakan aktivitas peserta didik lengkap dengan gaya
belajarnya dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran
lainnya. Karena sebenarnya jika gerak fisik, aktivitas intelektual serta
penggunaan semua indera manusia digunakan secara gabungan dalam suatu
pembelajaran maka dampaknya akan berpengaruh besar terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Pendekatan SAVI inilah yang menjadi solusi alternatif dari
pencapaian tujuan efektivitas tersebut.
Pendapat lain yang
menegaskan yakni menurut Carito, dkk (2013) pendekatan SAVI (Somatis Auditorial Visual Intellectual)
yaitu pendekatan melibatkan seluruh indera, belajar dengan bergerak aktif
secara fisik, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh
tubuh atau pikiran tersebut terlibat dalam proses belajar. Pembelajaran tidak
secara otomatis dengan menginstruksikan peserta didik bergerak secara langsung
namun menggabungkan menggabungkan gerak fisik dengan intelektual dan
optimalisasi semua indera yang dapat berpengaruh besar terhadap hasil
pembelajaran. Dengan demikian pendekatan SAVI merupakan pendekatan pembelajaran
yang berbasis konstruktivisme dengan mengutamakan aktivitas peserta didik meliputi
gerak fisik, aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang digabungkan
dalam suatu skenario pembelajaran.
2.8
Teori
Belajar yang Mendukung Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI dalam
pengembangannya berlandaskan pada beberapa teori belajar dan pembelajaran diantaranya
yaitu teori belajar konstruktivisme teori accelerated
learning, teori belajar multiple
intelligences, dan teori belajar quantum
teaching. Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan
bukanlah sesuatu yang sudah ada dan orang lain tinggal menerimanya, tetapi
pengetahuan lebih diartikan sebagai suatu pembentukan kognitif oleh peserta
didik terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Adapun beberapa teori lainnya
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
2.8.1.
Teori Accelerated Learning
Menurut
Herdian (2009) teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak
kanan/kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan
kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan (holistik) menyeluruh; belajar
berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol. Pembelajaran SAVI menganut
aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah
melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta
keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa
orang belajar dengan cara yang berbeda. Mengaitkan sesuatu dengan hakikat
realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
2.8.2.
Teori Belajar Multiple Intelligences
Teori
belajar lain yang mendukung pendekatan pembelajaran SAVI. Teori belajar multiple intelligences. Menurut Gardner
(dalam Fairuz, 2011) multiple
intelligences meliputi:
1)
Kecerdasan spasial.
Kecerdasan
spasial merupakan kecerdasan seseorang berdasarkan pada kemampuan menangkap
informasi visual atau spasial, mentrasnformasi dan memodifikasinya, dan
membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli.
2)
Kecerdasan jasmani kinestetik.
Kecerdasan
jasmani kinestetik merupakan kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan
memainkan benda-benda, kemampuan tersebut merupakan bentuk nyata dari
kecerdasan tersebut. Kemampuan ini akan mempengaruhi individu untuk cenderung
mengekspresikan diri menggunakan gerakan-gerakan tubuh. Melalui gerakan tubuh
pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan
memproses setiap informasi yang diterimanya.
3)
Kecerdasan musikal
Kemungkinan
individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh
suara.
Adapun pokok pikran teori multiple intelligences yang dikemukakan
oleh Gardner (dalam Siregar & Nara, 2010, hlm. 99) adalah manusia memiliki
kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya, kecerdasan selain dapat
berubah dapat juga diajarkan kepada orang lain, kecerdasan merupakan proses
realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian yang berbeda pada sistem otak
atau pikiran manusia, pada tingkat tertentu kecerdasan ini merupakan suatu
kesatuan yang utuh maknanya dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu.
Seluruh macam kecerdasan manusia bekerja secara bersama-sama.
2.8.3.
Teori Belajar Quantum Learning.
Teori
belajar lain yang mendukung pendekatan pembelajaran SAVI adalah teori belajar quantum learning. Menurut Kelana (2015) quantum learning adalah kiat, petunjuk,
strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya
ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan
bermanfaat. Teori tersebut didukung oleh pendapat De Porter (dalam Miratus,
2013) bukunya yang berjudul quantum
learning, mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang.
Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual (pelajar visual belajar
melalui apa yang mereka lihat), modalitas auditorial (pelajar auditorial
belajar melalui apa yang mereka dengar), dan modalitas kinestetik (pelajar
kinestetik belajar lewat grak dan sentuhan).
2.9
Karakteristik
Pendekatan SAVI
Sebagai pendekatan pembelajaran, pendekatan SAVI
memiliki beberapa komponen pembentuk yang juga dapat dikatakan sebagai
karakteristik atau ciri khas dari pendekatan tersebut. Dave Meier (dalam
Naibaho, 2013) menyatakan bahwa karaktersitik dari pendekatan SAVI meliputi somatis,
auditori, visual, dan intelektual. Keempat hal tersebut merupakan komponen dari
pendekatan SAVI dan pembentuk dari singkatan SAVI sendiri yakni Somatic, Auditory, Visualization and
Intellectually. Lebih jelasnya keempat karakteristik tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut ini.
2.9.1
Somatis (Somatic).
Karakteristik
pertama yakni somatis dapat diartikan sebagai gerak tubuh. Somatis sendiri
berasal dari bahasa Yunani yaitu soma yang
berarti tubuh. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran maka somatis merupakan
gaya belajar melalui gerak atau perbuatan dilakukan dengan memanfaatkan gerak
tubuh diantaranya meliputi indera peraba, kinetis, praktis melibatkan fisik dan
menggunakan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut
selaras dengan pendapat Gusrayani (2014, hlm. 44) mengungkapkan bahwa informasi
yang mudah diserap seorang mover adalah
yang bisa melibatkan aktivitas tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya. Dengan
demikian iklim kelas harus diciptakan secara aktif melibatkan peserta didik
sehingga membuat siswa bangkit dari tempat duduk dan melakukan aktivitas dari
waktu ke waktu. Gaya belajar somatis termasuk ke dalam gaya belajar kinestetik.
Menurut Huda (2013, hlm. 288) seorang siswa yang cenderung kinestetik dapat
dicirikan sebagai berikut ini.
1) Menyentuh
orang dan berdiri berdekatan, banyak gerak.
2) Belajar
sambil bekerja, menunjukkan tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik.
3) Mengingat
sambil berjalan dan melihat.
Dengan
demikian seorang pembelajar kinestetik perlu difasilitasi oleh guru dengan
memperhatikan karakteristik tersebut. Salah satu contoh memfasilitasi peserta
didik somatis yaitu dengan menggunakan metode bermain peran, permainan dan lain
sebagainya yang menggunakan aktivitas fisik. Adapun beberapa hal yang dapat
dilakukan guru untuk memfasilitasi siswa kinestetik seperti yang diungkapkan
oleh De Porter, dkk. (2005, hlm. 86) sebagai berikut ini.
1) Gunakan
alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan
konsep-konsep kunci.
2) Ciptakan
simulasi konsep agar siswa mengalaminya.
3) Jika
bekerja dengan siswa perseorangan berikan bimbingan paraleldengan dudik di
sebelah mereka, bukan didepan atau dibelakang mereka.
4) Cobalah
berbicara dengan setiap siswa secara pribadi setiap hari, sekalipun hanya salam
kepada para siswa saat mereka masuk atau ucapan “Ibu senang kamu berpartisipasi” saat keluar kelas.
5) Peragakan
konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajarinya langkah
demi langkah.
6) Ceritakan
pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar anda kepada siswa dan dorong mereka
untuk melakukan hal sama.
7) Izinkan
mereka berjalan-jalan dikelas.
2.9.2
Auditori (Auditory)
Menurut
Naibaho (2013) belajar auditori berarti belajar dengan melibatkan kemampuan auditorinya
artinya belajar dengan berbicara dan mendengar. Modalitas auditoris mengakses
segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat seperti musik,
dialog internal dan suara lainnya. Huda (2013, hlm. 288) mengemukakan seorang
siswa yang sangat auditoris dapat dicirikan sebagai berikut ini.
1) Perhatiannya
mudah terpecah.
2) Berbicara
dengan pola berirama.
3) Belajar
dengan cara mendengarkan.
4) Berdialog
secara internal dan eksternal.
Gaya
belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengakses segala bunyi dan kata
baik yang diciptakan maupun yang diingat. Dengan demikian guru harus
memfasilitasi peserta didik tersebut sesuai dengan karakteristiknya diantaranya
yaitu menciptakan iklim kelas dengan metode diskusi atau lainnya. Menurut Aqib
(2015, hlm. 107) metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dengan siswa
atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali,
memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Karena peserta didik auditoris
lebih mudah belajar dengan cara berdiskusi dengan orang lain maka guru dapat
melakukan beberapa hal diantaranya yaitu melaksanakan diskusi kelas atau debat,
meminta siswa untuk presentasi, meminta siswa membaca teks dengan keras,
meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara verbal dan melaksanakan
belajar kelompok.
2.9.3
Visual (Visualization).
Belajar
visual adalah belajar dengan melibatkan kemampuan visual atau penglihatan.
Belajar visual dapat dilakukan dengan mengamati dan menggambarkan dengan alasan
bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasu
visual daripada indera lainnya. Dalam pembelajaran sebaiknya guru lebih banyak
menitikberatkan pada peragaan atau media dan mengajak siswa melihat objek yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Salah satu contoh metode pembelajaran yang
mampu memfasilitasi gaya belajar visual yaitu metode demonstrasi. Menurut Majid
(2015, hlm. 197) metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi,
atau benda tertentu baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Seorang pelajar
visual biasanya memiliki beberapa karakteristik tertentu diantaranya sebagai
berikut ini.
1) Teratur
atau memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan.
2) Mengingat
dengan gambar dan lebih suka membaca dibanding membacakan.
3) Membutuhkan
gambaran dan tujuan menyeluruh untuk bisa menangkap detail atau mengingat apa
yang dilihat.
2.9.4
Intelektual (Intellectually).
Belajar
intelektual adalah belajar dengan memecahkan masalaha dan merenung. Menurut
Meier (dalam Huda, 2013, hlm. 290) intelektual bukanlah pendekatan tanpa emosi,
rasionalistis, akademis dan terkotak-kotak. Kata intelektual sendiri
menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal
ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman,
menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.
Dengan demikian belajar intelektual adalah bagian untuk merenung, mencipta,
memecahkan masalah dan membangun makna. Proses intelektualitas tentunya tidak
berjalan dengan sendirinya melainkan dibantu oleh faktor mental, fisik,
emosional dan intuitif. Sehingga hal tersebut merupakan sarana yang digunakan
pikiran untuk merubah pengalaman menjadi pengetahuan kemudian pemahaman dan
pemahaman tersebut dikonstruksi menjadi suatu kearifan.
Dari
hal tersebut belajar intelektual mendorong peserta didik mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan logis. Sehingga guru harus
mengoptimalkan pembelajaran dengan memberikan kesempatan tanya jawab, curah
pendapat atau gagasan dan kegiatan diskusi kelompok serta latihan soal. Menurut
Meier (dalam Huda, 2013, hlm. 291) seorang guru harus berusaha mengajak siswa
terlibat dalam aktivitas-aktivitas intelektual seperti memecahkan masalah,
menganalisis pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan
kreatif, mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan
model mental, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan, menciptakan makna pribadi,
dan meramalkan implikasi suatu gagasan.
Dari beberapa karakteristik pendekatan SAVI
sebenarnya bukanlah merupakan suatu hal yang saling terpisahkan namun hal
tersebut merupakan komponen pembangun yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat
komponen tersebut harus ada dalam satu peristiwa pembelajaran agar belajar bisa
optimal dan mendorong peserta didik untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan peserta didik dapat belajar sedikit
ketika menyaksikan sebuah penjelasan (visual), tetapi peserta didik dapat
belajar lebih banyak jika dapat melakukan sesuatu (somatis), membicarakan apa
yang mereka pelajari (auditori) dan memikirkan cara mendapatkan informasi yang
merekan dapat (intelektual). Penggabungan semua modalitas belajar peserta didik
dalam satu peristiwa adalah inti karakteristik pendekatan SAVI atau
pembelajaran multiindrawi.
2.10 Prinsip Pendekatan
Pembelajaran SAVI
Prinsip pendekatan pembelajaran SAVI merupakan dasar berpikir dan
bertindak yang benar dalam pembelajaran SAVI. Pemahaman akan prinsip-prinsip pembelajaran SAVI harus dikuasai oleh seorang guru yang hendak menggunakan pendekatan
pembelajaran ini. Pemahaman terhadap prinsip juga tentunya agar guru ketika
hendak mengemplementasikan pada proses pembelajaran tidak terjadi kekeliruan
atau kesalahan. Meier
(dalam Miratus, 2013) mengungkapkan beberapa prinsip pokok dalam belajar dengan
menggunakan pendekatan SAVI diantaranya yaitu sebagai berikut.
2.10.1 Belajar
melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
2.10.2 Belajar
adalah berkreasi bukan mengkonsumsi.
2.10.3 Kerjasama
membantu proses belajar.
2.10.4 Pembelajaran
berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
2.10.5 Belajara
berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
2.10.6 Emosi
positif sangat membantu pembelajaran.
2.10.7 Otak-citra
menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
2.11 Kelebihan dan
Kekurangan Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI memiliki beberapa kekurangan dan
kelebihan layaknya pendekatan lainnya. Adapun beberapa keunggulan dari
pendekatan SAVI diantaranya dapat dijabarkan sebagai berikut.
2.11.1. Membangkitkan
kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan
aktivitas intelektual.
2.11.2. Memunculkan
suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif.
2.11.3. Mampu
membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa.
2.11.4. Memaksimalkan
ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori, dan
intelektual.
Dengan melihat hal tersebut maka banyak
sekali keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan SAVI. Jika melihat
karakteristik pendekatan SAVI masih banyak sekali keunggulan yang tersirat
diantaranya yakni peserta didik tidak akan mudah lupa terhadap makna
pembelajaran, peserta didik tidak akan cepat bosan karena iklim pembelajaran
yang menarik, memupuk kerjasama siswa, melatih siswa dlam berpikir dan
mengemukakan pendapat serta menjelaskan jawaban, merupakan variasi yang cocok
untuk semua gaya belajar siswa. Namun dibalik hal tersebut pendidik perlu
memahami beberapa kelemahan yang dimiliki oleh pendekatan SAVI agar dapat
menanggulangi kekurangan dalam implementasi pendekatan SAVI. Adapun beberapa
kekurangan dari pendekatan SAVI diantaranya yaitu sebagai berikut ini.
2.11.1. Pendekatan
SAVI membutuhkan guru yang sempurna dalam memadukan keempat komponen dalam SAVI
secara utuh.
2.11.2. Penerapan
pendekatan SAVI membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang
menyeluruh disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan
yang lumayan besar. Apalagi sampai membutuhkan pengadaan media pembelajaran
yang canggih dan menarik.
2.11.3. Memerlukan
pembiasaan peserta didik yang aktif dan mandiri dalam memberikan gagasannya.
2.11.4. Membutuhkan
waktu yang lama.
2.11.5. Membutuhkan
beberapa tindakan situasional yang menjadikan perubahan dengan tujuan
kesesuaian dengan situasi pembelajaran.
2.11.6. Adanya
rasa tidak percaya diri dan putus asa bagi beberapa siswa yang pasif dan
tingkat kecerdasan yang kurang.
2.11.7. Pendekatan
SAVI tidak bisa diimplementasikan pada semua materi pembelajaran matematika.
2.12 Langkah-langkah Pendekatan
Pembelajaran SAVI
Menurut Meier (dalam Carito, dkk. 2013) pembelajaran
SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan baik jika empat
tahap berikut dilaksanakan dengan baik. Adapun beberapa tahapan yang dimaksud
diantaranya yitu tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan dan tahap
penampilan hasil. Keempat langkah-langkah pendekatan pembelajaran SAVI tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
2.12.1 Tahap
persiapan yaitu tahap awal yang dilakukan dalam pendekatan pembelajaran SAVI
dan tidak jauh berbeda dengan tahap persiapan atau pendahuluan dalam pendekatan
pembelajaran lain. Tahap persiapan ini dilakukan dengan cara guru membangkitkan
minat peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu guru memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan dipelajari serta menempatkan
peserta didik dalam situasi optimal dalam pembelajaran. Hal yang tidak boleh
dilupakan dalam tahap persiapan salah satunya yaitu menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2.12.2 Tahap
penyampaian yaitu suatu kegiatan eksplorasi peserta didik terhadap pembelajaran
dimana guru membantu peserta didik untuk menemukan materi belajar yang baru
dengan cara yang menarik, menyenangkan dan relevan. Dalam hal tersebut guru
juga mendesain tahap kegiatan eksplorasi ini dengan melibatkan semua panca
indera yang dimiliki oleh peserta didik dan cocok untuk semua gaya belajar atau
modalitas peserta didik sesuai dengan karakteristik pendekatan SAVI itu
sendiri.
2.12.3 Tahap
pelatihan yaitu suatu aktivitas peserta didik dalam mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator dalam
memberikan bimbingan kepada peserta didik. pada tahap ini dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan beberapa metode diantaranya yaitu tanya jawab,
diskusi, simulasi, permainan dan lain sebagainya.
2.12.4 Tahap
penampilan hasil yaitu suatu tahap dimana peserta didik menerapkan dan
memperluas suatu konsep pengetahuan serta keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus
meningkat. Tahap penampilan hasil juga meliputi kegiatan penguatan terhadap
materi pembelajaran, kegiatan refleksi dan evaluasi terhadap hasil belajar
peserta didik.
2.13 Implementasi Pendekatan
SAVI pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Dalam implementasi pendekatan SAVI pada pembelajaran
matematika di sekolah dasar guru sebelumnya harus mengetahui baik secara
konseptual maupun prosedural pendekatan SAVI. Dengan demikian guru diharapkan
dapat menyesuaikan pendekatan SAVI ini ke dalam materi pembelajaran yang akan
diajarkan. Pada implementasinya guru harus mempehatikan beberapa langkah dari
pendekatan pembelajaran SAVI diantaranya pertama kali guru harus menyampaikan
tujuan pembelajaran dilanjutkan dengan materi yang akan dipelajari. Peserta
didik dikondisikan agar menyimak dengan baik apa yang dijelaskan oleh guru.
Kemudian guru dapat mengkondisikan peserta didik ke dalam beberapa kelompok
kecil hal tersebut dilakukan agar kinerja dari peserta didik mudah dikontrol.
Pada tahap penyampaian peserta didik dikondisikan untuk mengeksplorasi suatu
konsep materi pembelajaran baik melalui bimbingan langsung ataupun secara tidak
langsung seperti melalui lembar kerja siswa.
Bimbingan
langsung ataupun lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru harus didesain memenuhi
keempat komponen pembentuk dari pembelajaran SAVI diantaranya yaitu kegiatan
somatis, kegiatan auditori, visual dan intelektual. dengan demikian seluruh
panca indera dan modalitas peserta didik dikerahkan dalam pembelajaran
matematika. Selain itu kegiatan pembelajaran juga ditujukan untuk menciptakan
kreativitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan sehingga peserta
didik pada akhirnya bisa menciptakan suatu produk atau hasil kerja dari
pembelajaran yang kemudian hasil kerja tersebut dipresentasikan di depan kelas
secara bergantian. Penilaian pembelajaran SAVI dapat dilakukan seperti
penilaian pendekatan pembelajaran lainnya yakni didasarkan atas penilaian
proses dan penilaian hasil atau produk.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Pendekatan
pembelajaran eksploratif merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana guru
melibatkan peserta didik dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan
media untuk memperkaya pengalaman, mengelola informasi, memfasilitasi peserta
didik dalam berinteraksi sehingga peserta didik aktif, mendorong peserta didik
mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala
pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan di laboratorium (Johari,
2013). Adapun landasan teori yang melandasi pendekatan eksploratif diantaranya
konstruktivisme guru menekankan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi atau
membangun pengetahuan mereka sendiri, inkuiri dalam hal ini peserta didik harus
aktif dalam proses penemuan serta mengembangkan keaktifan ketika memecahkan
suatu permasalahan, dan problem solving peserta didik harus mampu mengatasi
suatu permasalahan yang kemungkinan akan dihadapi olehnya di masa depan.
Dalam pendekatan eksploratif juga memiliki
karakteristik yang membedakan dari pendekatan lainnya menurut Ramlan dan Arie
(2011) meliputi mengutamakan langkah-langkah eksploratif, menekankan proses
komonikasi yang interaktif, adaptif, dan reflektif, menggambarkan
tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan, dan menggambarkan level kegiatan yang
berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga
memperoleh pengalaman yang bermakna. Dari setiap pendekatan pun ada kelebihan
dan kekurangannya salahsatunya peserta didik secara aktif harus terlibat dalam
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan jika guru belum
memahami berbagai jenis pendekatan, maka akan kesulitan dalam
mengkombinasikannya.
Tidak hanya pendekatan eksploratif saja dalam
makalah ini pun membahas pendekatan SAVI yang merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dimana pembelajaran yang dilakukan memuat belajar untuk melakukan,
belajar untuk mendengarkan, belajar untuk melihat dan belajar untuk berpikir.
Sehingga pendekatan pembelajaran ini dapat memfasilitasi berbagai gaya belajar
peserta didik. Teori yang digunakan dalam pendekatan SAVI diantaranya teori Accelerated
Learning, teori belajar Multiple Intelligences, dan teori belajar Quantum
Learning.
3.2
Saran
Dalam
proses pembelajaran hal yang paling berperan adalah cara guru mengajar atau
menyampaikan pelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan minat peserta didik untuk
menyukai pelajaran matematika. Pemilihan pendekatan, strategi, dan metode yang
kurang efektif dan efisien menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik peserta didik. Dengan demikian untuk mengatasi hal
tersebut guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan
kualitas profesionalismenya yaitu dengan melibatkan peserta didik secara aktif
dan efektif dalam proses belajar mengajar. Dalam implementasi pendekatan
eksploratif dan SAVI, guru perlu mengetahui baik secara konseptual maupun
procedural pendekatan tersebut agar guru mampu mengatasi kesalahan baik
metodologis maupun manajerial pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib,
Z. (2015). Model-model, media, dan
strategi pembelajaran konstektual (inovatif). Edisi Kelima. Bandung: Yrama
Widya.
Carito, R., Kuswadi. & Chumdari (2013). Penerapan pendekatan SAVI (somatic
auditorial visual intelektual) untuk meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran
matematika volume bangun ruang. [Online].
Diakses dari: https://eprints.uns.ac.id/11450/1/960-2611-1-PB.pdf
De Porter, B., Reardon, M. & Sarah, S.N. (2000).
Quantum teaching. Bandung: Mizan
Media Utama.
Fairuz. (2011). Teori belajar multiple intelligences. [Online]. Diakses dari: https://fairuzelsaid.wordpress.com/2011/12/teori-belajar-intelligence.html
Fatcul, Arief. (2011). Eksplorasi, Elaborasi,
Konfirmasi. [Online]. Diakses dari:
http://rif67.blogspot.com/2011/08/eksplorasi-elaborasi-konfirmasi.html.
Gusrayani, D. (2014). Teaching English to young learners. Sumedang: Tidak diterbitkan.
Herdian. (2009). Model pembelajaran SAVI. [Online]. Diakses dari: https://googleweblight.com/?lite_url=https://mbahnur.wordpress.com/2010/02/17/pendekatan-savi.html.
Huda, M. (2013). Model-model
pengajaran dan pembelajaran: Isu-isu metodis dan paradigmatis. Cetakan
Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Karlimah, dkk. (2010). Pengembangan kemampuan proses
matematika siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan tidak
langsung di Sekolah Dasar. [Online]. Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/KD-TASIKMALAYA/DINDIN
ABDUL MUIZ LIDINILAH (KD-TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Pembelajaran%20Matematika%20Tidak%20Langsung%20dan%20Kemampuan%20Proses%20Matematika.pdf.
Kelana, J.B. (2015). Pendekatan
eksploratif dan RPPnya. [Online].
Diakses dari : http://bayulikids.blogspot.co.id/2015/06/pendekatan-eksploratif-dan-rppnya.html.
Latifah, F. (2013). Menumbuhkan
keyakinan posistif siswa sekolah dasar melalui pendekatan eksploratif dalam
pembelajaran matematika. [Online].
Tersedia di: https://www.academia.edu/4493526/MPM_EKSPLORATIF.
Majid, A. (2015). Strategi pembelajaran. Cetakan keempat. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Miratus, D. (2013).
Makalah model pembelajaran SAVI. [Online]. Diakses dari: http://dyamiratus.blogspot.co.id/2013/03/makalah-model-pembelajaran-savi.html.
Naibaho, A. (2013). Pendekatan SAVI. [Online].
Diakses dari: http://agusjnaibaho.blogspot.co.id/2013/08/pendekatan-savi.html
Noorfaizin. (2012). Pendekatan pembelajaran eksploratif. [Online]
Diakses dari: http://noorfaizin.wordpress.com/2012/02/26/kegiatan-inti-pembelajaran/.
Ramlan dan Arie. (2011). Pembelajaran
dengan eksploratif, elaborasi, konfirmasi. [Online]. Diakses dari: http://ramnlanarie.blogspot.com /2011/07/pembelajaran-dengan-eksploratif.html.
Rusman. (2014). Model-model
pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Suparno, Paul. (2008). Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius.
Yulianto, Toto. (2013). Metode inkuiri metode
pembelajaran. [Online]. Diakses dari:
http://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/02/metode-inkuiri-i-metode-pembelajaran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar